Emosi adalah sebuah perasaan yang muncul atas respon dari
sesuatu. aku mau sedikit sharing hasil dari ikut seminar parenting bersama bu
Silly Risman waktu itu.
Setiap manusia, mempunyai emosi sejak lahir. Itulah kenapa
bayi yang lahir bisa langsung menangis. Karena itu salah satu respon perasaan
dia lahir ke bumi. Yang awalnya ia harus berada di dalam perut ibu bersama
organ-organ lainnya, berdesak-desakan, hanya menghirup udara di dalam tanpa
merasakan udara di luar, dan ia tiba-tiba lahir ke bumi pastinya ada respon
dari bayi tersebut. Itulah kenapa ia menangis ketika lahir. Jadi, semenjak
lahir, kita ternyata sudah mempunyai emosi, tanpa kita sadari bahwa itu adalah
sebuah emosi. Bener ga? Jujurly, aku juga sama, baru tau setelah mendapat info
tersebut wkwk. Ternyata sudut pandang emosi itu luas.
Latar belakang kenapa aku tertarik untuk belajar lebih dan
mengikuti seminar/kajian ini adalah karena yang kutahu selama ini emosi adalah
luapan marah. Udah, hanya itu. Ternyata dibalik itu, banyak sekali emosi-emosi
yang mungkin baru diketahui, kata beliau ada skeitar ratusan emosi itu kalo mau
bener-bener kita mindfull dan menyadarinya, hanya saja orang-orang malas dan
tidak mau belajar lebih dan bahkan banyak yang salah dalam mengelola emosi,
alhasil orang-orang terdekat akan selalu kena semprot kala ia sedang beremosi,
seperti marah, kesal, atau kecewa. Padahal yang salah itu dirinya sendiri yang
tidak bisa mengelola emosi tapi temen-temen atau keluarganya yang kena. Itulah,
kebanyakan dari diri kita masih belum bisa mengelola emosi dengan baik.
Banyak orang yang tidak mengerti cara menyampaikan emosinya.
Kenapa ada emosi? Karena manusia makhluk social yang setiap hari berinteraksi
dengan manusia yang lain. Penting sekali untuk belajar, agar kitab isa menjadi
manusia social yang baik walau kadang kita menjadi landak, yang suka menyakiti
orang lain. Iya, manusia itu punya potensi untuk saling menyakiti, olehnya,
kita harus bisa menjadi landak yang baik, ets bukan beneran jadi landaknya ya,
maksudnya adalah menjadi manusia yang walau kadang menyakiti orang lain tapi
tetep menjadi baik dan menyadari kesalahan kita.
Emosi sangat berkaitan dengan ingatan, yang otomatis kaitannya
jelas dengan otak kita. Jika kita tidak selalu menggunakan otak kita untuk
berpikir, merasai, dan menyadari emosi, maka kita akan seenak jidat dalam
menyampaikan emosi. Missal, bukti dari seorang anak yang selalu diburu-buru,
dibentak orang tuanya yang akan mengakibatkan anak tertekan emosinya dan tidak bisa
menyampaikan emosinya dengan baik. Efeknya, anak akan terganggu hati dan
pikirannya karena diburu-buru, efeknya anak akan merasa takut dan mengikuti adegan
membentak orang tuanya suatu saat nanti karena melihat langsung bagaimana cara ‘membentak’
itu dari orang tuanya. Segala hal yang orang tua atau terdekat kita menyampaikan
emosinya dengan cara tak baik akan terekam oleh anak bahkan kata Bu Sil,
akaaaan terekam sampaiii anak itu menikah, dan sampai mempunyai anak. Seramnya polanya
akan diikuti oleh anaknya untuk cara mendidik ke anaknya. Ngeri? Betul. Apalagi
orang tua yang sering KDRT di depan anak, sampai membanting meja, kursi, kaca,
dsb. Nauzubillah… itulah salah satu contoh penyampaian emosi yang salah. Maka,
ilmu lagi-lagi ilmu yang bisa menyadarkan dan mengubah.
Emosi itu sangat berpengaruh pada tubuh kita. Seperti halnya
ketakutan yang tinggi, jika ia tidak bisa mengelola emosinya dengan baik maka
bisa merusak tubuhnya. Reaksi tubuh akan gemetar, degdegan berlebihan, bahkan
terasa sesak.
Emosi akan dipengaruhi oleh: usia, interaksi social,
pengasuhan, dan ilmu.
Emosi Vs Mood. Emosi akan berjalan sebentar tapi terus
menerus, datang dan pergi. Tapi mood adalah salah satu emosi yang berlangsung
lama, jika yang datang negative terus berarti ia tidak bisa mengelola emosinya
dengan baik.
Tips mengelola emosi: 1) bisa dikatakan sehat kalo ada
keseimbangan antara akal dan perasaan. Pake otaknya untuk berpikir; 2) emosi
kalo ditahan akan stress, depresi fisik, dan pengaruh agresif dsb, 3) rasakan
emosi, kenali emosi, dan kelola sesuai emosinya; 4)banyak-banyak refleksi diri
dan segera perbaiki;
Emosi sedih. Apakah kita ga boleh merasakan sedih kalo lagi
sedih? Berdasar pengalaman dan penelitian pribadi, orang akan merasa gengsi jika
mengekspresikan sedih apalagi di depan orang, akan merasa malu dan takut orang
ngomong apa dan banyak hal lainnya… kalo dari segi ilmu, itu salah pengelolaan.
Kalo kita sedih, ya gapapa, rasai saja sedihnya, mau nangis? Ya gapapa, jangan
ditahan-tahan, jangan ditekan-tekan. Biarkan orang lain mengira kita cengeng,
tukang nangis dan sebagainya, karena yang merasakan sedihnya kita bukan orang
lain kan? Allah memberikan kelenjar air keringat untuk apa? Keringat yang
keluar kan? Begitupun dengan kelenjar air mata. Untuk apa kalo bukan untuk air
mata? Sayangnya banyak orang yang ditahan menangis, ditekan untuk tidak
menangis yang katanya akan jadi kuat kalo ga nangis, padahal semakin dewasa dia
ditekan untuk tidak menangis, ditekan untuk tidak digunakan kelenjar air
matanya. Dia akan bingung mengekspresikan diri kalo sedih, dia akan merasa
sesak sesesak sesaknya kala ia menangis suatu hari nanti, dan ia akan bingung
harus bagaimana memberhentikan tangisannya. Karena, ia diasuh sejak kecil untuk
selalu diam kala ia merengek. Missal, anak kecil jatuh terus menangis, orang
tua kadang suka mengatakan begini “udah jangan nangis, jangan jadi anak cengeng”
kata bu Sil, itu salah caranya. Justru kita harusnya membiarkan ia untuk
merasakan rasa sakit akibat jatuh yang ia sedang alami. Dan tangisan itu sebuah
respon kesedihan dia karena jatuh dan jika sudah agak reda, kasih pemahaman ke
anak. Dan itu hal wajar bagi anak kecil jika menangis. Jika anak terus-terusan
ditekan, ia akan menjadi anak yang tidak bisa mengelola emosinya dengan baik. So,
sudah berapa lama kamu tidak memfungsikan kelenjar air matamu? Kalo ga boleh
sedih kenapa Allah kasih kita kelenjar air mata? Sadarlah wahaiii manusiaa hihi
Jujurly, akupun baru tau. Karena aku lahir dari orang tua
yang pola asuhnya bisa dikatakan sedikit otoriter, atau mungkin otoriter, yang
di mana kalo menangis dikit aja langsung disinggung untuk berhenti, dan itu
efek ke diri aku sekarang, kalo nangis susah berhentinya dan agak sesak dikeluarkannya.
Suerr.. tapi lambat laun aku bersyukur atas ilmu ini dan terus mencoba untuk
memahami emosi-emosi yang hadir.
Emosi marah. Kenapa orang marah? Karena ada emosi dalam
dirinya yang masuk hasil dari respon sekitarnya.
Mengelola emosi marah yang baik adalah pertama kali harus
kita sadari bahwa kita sedang marah. Lalu proseslah otak gimana caranya agar
emosi tersebut bisa dikelola dengan baik. Apakah dengan melampiaskannya ke
orang lain sambil mukul-mukul? Sambil teriak-teriak? TIDAK. Itu bukan cara yang
baik. Dalam islam, kalo marah apa yang diajarkan? Good, berta’awudz atau
istigfar, berwudhu kalo masih merasa marah atau langsung sholat itu akan lebih
baik. Tap ikan kadang kita gabisa ya berkespektasi gitu karena kebiasaannya ga
gitu. Bener ga? Kalo kita udah sadar, dan berta’awudz dan istigfar, tenang diri
dan refleksikan diri cari jalan keluar yang baik dengan kepala dingin kalo
memang ada masalah yang harus diselesaikan…
Memang susah untuk mengelola emosi sekalipun kita udah tau
ilmunya, tapi akan jauh lebih susah dan kasihaaan sekali kalo kita gatau ilmu
dan ga mau belajar untuk mengelolanya… toh yang rugi kita sendiri kan.
Sadarilah wahai kawan, segala emosi yang hadir baik sedih,
senang, kesal, marah, dll itu datangnya dari siapa? Good, dari Allah Swt.,ketika
sedih rasakan sedihnya, ketika senang rasakan senangnya, ketika marah, rasakan marahnya…
bangkit dan muali berpikir untuk bisa menyampaikan emosi dengan baik dalam diri
kita.
Kebenaran datangnya dari Allah, dan kekurangan datanganya dari
saya pribadi,
Semoga bermanfaat.
Sekian