Rabu, 07 Agustus 2024

Emosi

 

Emosi adalah sebuah perasaan yang muncul atas respon dari sesuatu. aku mau sedikit sharing hasil dari ikut seminar parenting bersama bu Silly Risman waktu itu.

Setiap manusia, mempunyai emosi sejak lahir. Itulah kenapa bayi yang lahir bisa langsung menangis. Karena itu salah satu respon perasaan dia lahir ke bumi. Yang awalnya ia harus berada di dalam perut ibu bersama organ-organ lainnya, berdesak-desakan, hanya menghirup udara di dalam tanpa merasakan udara di luar, dan ia tiba-tiba lahir ke bumi pastinya ada respon dari bayi tersebut. Itulah kenapa ia menangis ketika lahir. Jadi, semenjak lahir, kita ternyata sudah mempunyai emosi, tanpa kita sadari bahwa itu adalah sebuah emosi. Bener ga? Jujurly, aku juga sama, baru tau setelah mendapat info tersebut wkwk. Ternyata sudut pandang emosi itu luas.

Latar belakang kenapa aku tertarik untuk belajar lebih dan mengikuti seminar/kajian ini adalah karena yang kutahu selama ini emosi adalah luapan marah. Udah, hanya itu. Ternyata dibalik itu, banyak sekali emosi-emosi yang mungkin baru diketahui, kata beliau ada skeitar ratusan emosi itu kalo mau bener-bener kita mindfull dan menyadarinya, hanya saja orang-orang malas dan tidak mau belajar lebih dan bahkan banyak yang salah dalam mengelola emosi, alhasil orang-orang terdekat akan selalu kena semprot kala ia sedang beremosi, seperti marah, kesal, atau kecewa. Padahal yang salah itu dirinya sendiri yang tidak bisa mengelola emosi tapi temen-temen atau keluarganya yang kena. Itulah, kebanyakan dari diri kita masih belum bisa mengelola emosi dengan baik.

Banyak orang yang tidak mengerti cara menyampaikan emosinya. Kenapa ada emosi? Karena manusia makhluk social yang setiap hari berinteraksi dengan manusia yang lain. Penting sekali untuk belajar, agar kitab isa menjadi manusia social yang baik walau kadang kita menjadi landak, yang suka menyakiti orang lain. Iya, manusia itu punya potensi untuk saling menyakiti, olehnya, kita harus bisa menjadi landak yang baik, ets bukan beneran jadi landaknya ya, maksudnya adalah menjadi manusia yang walau kadang menyakiti orang lain tapi tetep menjadi baik dan menyadari kesalahan kita.

Emosi sangat berkaitan dengan ingatan, yang otomatis kaitannya jelas dengan otak kita. Jika kita tidak selalu menggunakan otak kita untuk berpikir, merasai, dan menyadari emosi, maka kita akan seenak jidat dalam menyampaikan emosi. Missal, bukti dari seorang anak yang selalu diburu-buru, dibentak orang tuanya yang akan mengakibatkan anak tertekan emosinya dan tidak bisa menyampaikan emosinya dengan baik. Efeknya, anak akan terganggu hati dan pikirannya karena diburu-buru, efeknya anak akan merasa takut dan mengikuti adegan membentak orang tuanya suatu saat nanti karena melihat langsung bagaimana cara ‘membentak’ itu dari orang tuanya. Segala hal yang orang tua atau terdekat kita menyampaikan emosinya dengan cara tak baik akan terekam oleh anak bahkan kata Bu Sil, akaaaan terekam sampaiii anak itu menikah, dan sampai mempunyai anak. Seramnya polanya akan diikuti oleh anaknya untuk cara mendidik ke anaknya. Ngeri? Betul. Apalagi orang tua yang sering KDRT di depan anak, sampai membanting meja, kursi, kaca, dsb. Nauzubillah… itulah salah satu contoh penyampaian emosi yang salah. Maka, ilmu lagi-lagi ilmu yang bisa menyadarkan dan mengubah.

Emosi itu sangat berpengaruh pada tubuh kita. Seperti halnya ketakutan yang tinggi, jika ia tidak bisa mengelola emosinya dengan baik maka bisa merusak tubuhnya. Reaksi tubuh akan gemetar, degdegan berlebihan, bahkan terasa sesak.

Emosi akan dipengaruhi oleh: usia, interaksi social, pengasuhan, dan ilmu.

Emosi Vs Mood. Emosi akan berjalan sebentar tapi terus menerus, datang dan pergi. Tapi mood adalah salah satu emosi yang berlangsung lama, jika yang datang negative terus berarti ia tidak bisa mengelola emosinya dengan baik.

Tips mengelola emosi: 1) bisa dikatakan sehat kalo ada keseimbangan antara akal dan perasaan. Pake otaknya untuk berpikir; 2) emosi kalo ditahan akan stress, depresi fisik, dan pengaruh agresif dsb, 3) rasakan emosi, kenali emosi, dan kelola sesuai emosinya; 4)banyak-banyak refleksi diri dan segera perbaiki;

Emosi sedih. Apakah kita ga boleh merasakan sedih kalo lagi sedih? Berdasar pengalaman dan penelitian pribadi, orang akan merasa gengsi jika mengekspresikan sedih apalagi di depan orang, akan merasa malu dan takut orang ngomong apa dan banyak hal lainnya… kalo dari segi ilmu, itu salah pengelolaan. Kalo kita sedih, ya gapapa, rasai saja sedihnya, mau nangis? Ya gapapa, jangan ditahan-tahan, jangan ditekan-tekan. Biarkan orang lain mengira kita cengeng, tukang nangis dan sebagainya, karena yang merasakan sedihnya kita bukan orang lain kan? Allah memberikan kelenjar air keringat untuk apa? Keringat yang keluar kan? Begitupun dengan kelenjar air mata. Untuk apa kalo bukan untuk air mata? Sayangnya banyak orang yang ditahan menangis, ditekan untuk tidak menangis yang katanya akan jadi kuat kalo ga nangis, padahal semakin dewasa dia ditekan untuk tidak menangis, ditekan untuk tidak digunakan kelenjar air matanya. Dia akan bingung mengekspresikan diri kalo sedih, dia akan merasa sesak sesesak sesaknya kala ia menangis suatu hari nanti, dan ia akan bingung harus bagaimana memberhentikan tangisannya. Karena, ia diasuh sejak kecil untuk selalu diam kala ia merengek. Missal, anak kecil jatuh terus menangis, orang tua kadang suka mengatakan begini “udah jangan nangis, jangan jadi anak cengeng” kata bu Sil, itu salah caranya. Justru kita harusnya membiarkan ia untuk merasakan rasa sakit akibat jatuh yang ia sedang alami. Dan tangisan itu sebuah respon kesedihan dia karena jatuh dan jika sudah agak reda, kasih pemahaman ke anak. Dan itu hal wajar bagi anak kecil jika menangis. Jika anak terus-terusan ditekan, ia akan menjadi anak yang tidak bisa mengelola emosinya dengan baik. So, sudah berapa lama kamu tidak memfungsikan kelenjar air matamu? Kalo ga boleh sedih kenapa Allah kasih kita kelenjar air mata? Sadarlah wahaiii manusiaa hihi

Jujurly, akupun baru tau. Karena aku lahir dari orang tua yang pola asuhnya bisa dikatakan sedikit otoriter, atau mungkin otoriter, yang di mana kalo menangis dikit aja langsung disinggung untuk berhenti, dan itu efek ke diri aku sekarang, kalo nangis susah berhentinya dan agak sesak dikeluarkannya. Suerr.. tapi lambat laun aku bersyukur atas ilmu ini dan terus mencoba untuk memahami emosi-emosi yang hadir.

Emosi marah. Kenapa orang marah? Karena ada emosi dalam dirinya yang masuk hasil dari respon sekitarnya.

Mengelola emosi marah yang baik adalah pertama kali harus kita sadari bahwa kita sedang marah. Lalu proseslah otak gimana caranya agar emosi tersebut bisa dikelola dengan baik. Apakah dengan melampiaskannya ke orang lain sambil mukul-mukul? Sambil teriak-teriak? TIDAK. Itu bukan cara yang baik. Dalam islam, kalo marah apa yang diajarkan? Good, berta’awudz atau istigfar, berwudhu kalo masih merasa marah atau langsung sholat itu akan lebih baik. Tap ikan kadang kita gabisa ya berkespektasi gitu karena kebiasaannya ga gitu. Bener ga? Kalo kita udah sadar, dan berta’awudz dan istigfar, tenang diri dan refleksikan diri cari jalan keluar yang baik dengan kepala dingin kalo memang ada masalah yang harus diselesaikan…

Memang susah untuk mengelola emosi sekalipun kita udah tau ilmunya, tapi akan jauh lebih susah dan kasihaaan sekali kalo kita gatau ilmu dan ga mau belajar untuk mengelolanya… toh yang rugi kita sendiri kan.

Sadarilah wahai kawan, segala emosi yang hadir baik sedih, senang, kesal, marah, dll itu datangnya dari siapa? Good, dari Allah Swt.,ketika sedih rasakan sedihnya, ketika senang rasakan senangnya, ketika marah, rasakan marahnya… bangkit dan muali berpikir untuk bisa menyampaikan emosi dengan baik dalam diri kita.

Kebenaran datangnya dari Allah, dan kekurangan datanganya dari saya pribadi,

Semoga bermanfaat.

Sekian

 

hampa

 menjadi bukan diri sendiri itu bukan kemauannya

luluh hanya bisa didapati oleh keteguhan hati dan doa

memikirkan, meringkik, mencari sesuatu yang tak pasti bukan solusi

menjalani dengan mencoba teguh adalah proses penerimaan

terdiam sejenak, menghirup udara segar dengan mencari sampai ujung renjana

berharap hadir suasana bahagia dan  tenang yang kian hari kian lapuk begitu saja

dan ia harus merakit dengan penuh ringkik kesendirian, dari titik nol kembali

kepada siapa ia pinta

manusia hanya bisa membuat kecewa

tapi Allah selalu ada dan menemaninya

harapnya hanya padaNya.

Laa hawlaa Walaa Quwwata illaa billaah...