Minggu, 09 Agustus 2020

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM. Judul: mengejar asa dengan cintaNya

Part 1: bercerita tentang diri

Pesona raga yang membuatnya menarik adalah kunci dari sebuah perasaan. Perasaan datang dari hati, dan hati akan selalu mengikuti keinginan diri. Jika keinginannya bertaut kepada apa yang disukai Allah maka hatinya akan jadi baik, dan diresapi oleh akal sehingga muncullah tindakan. Itulah karakter yang disebut sebagai akhlak. Diri yang sesungguhnya adalah diri yang penuh dengan salah yang selalu mengharap Tuhan mengampuninya. Diri yang sesungguhnya adalah yang setiap hari tidak pernah luput dari apa apa yang ia lupa entah itu kesalahan ataupun sebuah kebaikan, sangat disayangkan jika kebaikan itu dilupakan, bahwa sejatinya kebaikanlah yang mengantarkan jiwa menuju pada kesucian di hadapan Tuhan. Tidak mengapa kebaikan diri dilupakan tapi asal jangan kebaikan orang kepada diri kita. Tidak banyak yang diketahui tentang diri kecuali Allah, sang Maha mengetahui tindak tanduk hambaNya dari awal diciptakan sampai ia ditempatkan di akherat kelak. Menjadi seorang hamba yang ingin dicintaiNya adalah dengan melaksanakan apa apa yang disukai oleh Allah. Kata Aa gym dalam ceramahnya, bahwa jika seseorang yang akhlaknya baik itu berarti apa yang ada dalam pikirannya itu baik, dan jika pikirannya baik, berarti apa yang ada di dalam hatinya adalah baik, lalu kenapa bisa baik? Karena hubungan ia dengan Allahnya baik karena ia selalu gunakan untuk terus mengingat Allah dalam setiap kejadian.. ma sya Allah. Jadi kuncinya apa? Dzikrulloh,, jika seseorang yang akhlaknya baik itu bisa dilihat dari hubungannya dengan Allah, berarti ia selalu melibatkan Allah dihatinya. Mari kita belajar kepada para ulama yang selalu mengingatkan kepada Sang maha pencipta, makanya ngaji itu sangat PENTING, toh kerana orang yang tidak pernah ngaji akan merasa dirinya selalu berputusasa dari rahmat Allah yang jatuhnya adalah suka mengeluh dan merasa diri sudah melakukan maksimal, padahal belum maksimal dan belum melibatkan Allah dalam aktivitasnya, kerana ia merasa menyanjungkan dirinya sangat bisa dan lebih bisa dibandingkan yang lain. Hati hati jika ujub  sudah tertanam di hati, maka akan mewujudkan akhlak yang kurang terpuji sehingga banyak yang tidak menyukai. Yuuuk sama sama intopeksi diri atas tingkah lsaya yang pernah dilakoni dalam bahtera dunia ini, selama ini.

Tentang diri, tak pernah lepas dari sebuah kata maaf, tolong,  terima kasih, dan juga semangat, kerana empat kata itu yang selalu saya pegang untuk mengakali dalam bersosial dengan orang lain. Orang tua saya sejak kecil mengajarkan bahwa kesopanan adalah  nomor satu untuk diaplikasikan ketika berteman. Tentunya harus pada porsinya sesuai kondisi yang terjadi. Kesopanan adalah kunci dalam berhubungan dengan teman, kerana tanpa kesopanan berteman akan terasa sangat menyulitkan, misalnya tiba tiba merebut makanan tanpa permisi dan menghabiskan sendiri kerana merasa teman sendiri. Kita tidak pernah tau bagaimana yang ada dalam pikiran teman kita, bisa jadi sakit hati atas perilaku kita yang seperti itu padahal kita yang sudah merasa dia seperti saudara sendiri. Sayangnya yang menjadi bahaya adalah kondisi teman kita sedang tidak mood baik dan tiba tiba melihat tingkah temannya yang sangat tidak sopan sehingga bisa jadi ia tidak rela. Bahayanya ia tidak ridho atas apa yang kita lakuka tadi. Kalo tidak ridho? Jatuhnya nanti ketika di akherat akan berhadapan dengan Allah untuk dipertanggungjawabkan tindakan sembrono ketidaksopanan kita kepada teman kira.. naudzubillah ya jangan sampai seperti itu. Nah, makanya kesopanan dalam berteman juga sangat penting ya kawan-kawan, jangan selalu menganggap “ah da dia ini” “ah da udah biasa ini”. Hei! Yang harus kau pahami adalah jika dia tidak ridho atas apa yang kita lsayakan.. repot nanti di akherat… apalagi jika temannya hanya berespek mendiamkannya saja sebagai tanda tidak terima dengan muka masamnya yang diperlihatkan kepada kita.. masa iya kita mau mengobrol dengan teman kita yang masam, dan kayanya diajak ngobrol pun tak mau dia.. hehe jadi yuukk, budayakan sopan santun dalam berteman juga, jika  terjadi hal yang tadi diceritakan segera minta maaf sebelum dihisab di akherat..setidaknya kita menjalin hubungan baik dengan saudara kita, Bahasa kerennya menjaga hablumminannaas..

Muqodimah yang pajang J, intinya saya tidak begitu bisa mendeskripsikan diri sebagai hamba yang  merasa masih banyak salah dan lupa diri dan tentunya saya pun masih banyak salah dan lupanya. Kuceritakan kepada kalian, bahwa saya adalah sosok perempuan yang masih saja merasa perlu bantuan Tuhan atas apa-apa yang diinginkan atau dibutuhkan. Hamba Allah yang selalu berusaha untuk terus bertafakur dan memperbaiki atas kesalahan yang dilakukan. Semoga Allah mengampuni kita semua ya. Aamiin

Part 2: melangkah walau luka menekam di dada

Rasa resah dan gelisah hanya akan memberikan ketidakenakan di hati. Merasa ada sesuatu yang mengganjal atas perbuatan orang yang membuat kita berpikir lama “apa ya salah kita kepadanya”, sebenarnya itu hanya membuat hati menjadi penuh dengan teka teki dan kuncinya harus segera ditabayunkan. Yap! Jika lama lama kita memendam sebuah rasa tak enak dan tidak mau dimusyawarahkan dengan yang bersangkutan khawatir hati jadi lebih terkotori oleh penyaki-penyakit yang tak terlihat oleh kasat mata, yaitu iri dengki, dendam dan macamnya.. nauzhubillah.

Oleh karenanya, penting sekali kita harus berani melangkah ketika merasa orang yang di sekitar kita berbeda pandangannya, berbeda tingkah lakunya, kemudian datangi ia dan tanyakan untuk mendapatkan kepastian jawaban dan tidak ada dzoon diantara kita. Masalah selesai dan tak ada suuzon, hati tenang dan tidak lagi terpikirkan yang membuat hati tergerogoti.. apa susahnya? Kadang, seorang perempuan selalu ada perasaan tidak enak untuk mengawali, padahal itu perasaan yang bisa jadi jatuhnya dari godaan yang membawa kita pada celaka. Ketidakenakan itu harus ditaruh pada tempatnya, misalnya ketika ada teman kita yang selalu berbuat baik kepada kita dan ia sedang merasa kesusahan dan kita ada di sana, bersamanya, tau kondisinya, dan bisa untuk mengatasi kesusahannya, nah harusnya kita punya rasa ketidakenakan atas kebaikan teman kita yang membuat kita jadi harus membalas jasanya.. bukan malah menghindarinya dan menjauhinya karena takut jadi ikut susah.. waah bahaya sekali itu. Teman macam apa pergi ketika temannya sedang susah… kita bisa belajar dari cerita Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu..semoga Allah merahmati beliau, begini kalo tidak salah, kalo salah mangga luruskan saja ya.. pada saat itu Ali bin Abi Thalib Ra., ditanya “berapa orangkah sahabat sejatimu?” kemudia beliau menjawab “saya tidak tau”, beliau juga menjelaskan tentang bagaimana membedakan yang bisa disebut sebagai sahabat sejati. “tunggulah nanti ketika saya sedang kesulitan. Lalu lihatlah berapa orang yang masih setia membersamaiku. Itulah sahabat sejatiku” tuturnya, jika ia datang hanya pada saat kita senang berarti dia belum sungguh-sungguh dalam menjaga tali pertemanan kan… bener ga?

Yang perlu digaris bawahi juga, kita bisa melihat karakter seseorang itu dari teman dekat orang tersebut loh.. makanya sering tidak, mendengar bahwa keshalihan seseorang bisa dilihat dari dengan siapa teman dekatnya? dan kalo secara logika, benar juga, karena lingkungan serta orang-orang yang sering kita temui akan berpengaruh besar kepada diri kita. Oleh karena itu, pentinglah kita untuk berteman dengan orang shaleh. Supaya keshalihannya menular dan memberi manfaat kepada kita. Kebayangkan kalo teman teman kita atau lingkungan kita orang orangnya tidak baik *naudzubillah ya dan diri kita tidak kuat atau bukannya malah mewarnai kebaikan tapi malah terwarnai keburukan kan itu jadi repot juga. Jika ada yang seperti itu, kuy kalian belum terlambat ko, banyakin berteman dengan orang orang shaleh, atau banyakin ngaji supaya banyak referensi manfaat dan bisa menopang diri dari ilmu yang didapatkan. Setidaknya, kalo kita mengetahui itu salah dan kita punya niat untuk memperbaikinya dengan cara mengingatkannya itu bagus, daripada kita tau salah dan diemdiem bae..kan repot hehe..

Wahai saudariku, sungguh manfaat berteman dengan orang shaleh tidak terhitung banyaknya. Dan begitulah seseorang, akan dinilai sesuai dengan siapakah yang menjadi teman dekatnya, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: “seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam silsilah Ash-shahihah. No927)

Balik lagi ya..

Kalau misalnya kita sudah berbuat baik dan kebaikan kita dibalas dengan ketidakbaikan, tidak apa apa tidak apa apa, kalau kata aa Gym, kalo kita merasa sangat kecewa atas tindakan keburukan teman kita kepada kita karena kita sudah berbuat baik kepadanya, tandanya masih ada pengharapan kepada makhluk. Kurang lebih ada kata kata beliau yang menggugah hati, begini.. kita berbuat baik kepada orang dan orang lain berbuat baik kepada kita, itu biasa.. kita berbuat baik kepada orang dan orang lain tidak membalasnya dan kita tidak berharap apapun pada orang tersebut itu bagus. Tapi kita berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada kita baru itu dikatakan sangat bagus, bahkan Allah bisa mengangkat derajat orang tersebut jika dia benar benar ikhlas.. ma sya Allah ya.. tapi pada kenyataanya tidak bisa dipungkiri, kadang kita masih belum terima kalo ada orang yang berbuat buruk padahal kita sudah baik kepadanya.. hmm bisa dilatih sih, setidaknya berusaha untuk tidak berharap apapun dari makhluk walau kita sudah berbuat baik. Hayuuk sama sama kita belajar melatih hati untuk tidak banyak berharap kepada makhluk J

Jadi, melangkahlah walau luka menekam di dada, walau banyak yang menghina atas perbuatan kebaikan kita. Melangkah sajalah, jangan ragu, bukannya kalo kita punya niatan untuk berbuat baik dan takut dikatakan ujub terus tidak jadi berbuat baiknya, itu termasuk ujub juga? Nah, kuy interopeksi diri ya kawan kawan, termasuk diri saya juga yang mesti harus belajar dalam menjaga hati supaya tidak terkotori walau hanya dengan perihal kecil.

Untuk menjadi referensi jika kalian merasa tersakiti dengan kebaikan yang kalian lakukan, coba deh tengok lagi kisah perjuangan rasulillah Saw., yang dengan gagah, kuat, dan sabarnya dalam menghadapi umat zaman dulu yang masih banyak belum masuk islam.. sampai beliau rela dilempari kotoran saat sembahyang dan ketika pulang Fatimah anak bungsu yang sangatt sayang kepada ayahnya, menangis sambil mengelap kotoran yang ada di kepala rasulillah saw., kemudian beliau tersenyum dan megatakan “jangan menangis wahai anakku, ayahanda tidak apa apa...”kurang lebih seperti itu kisahnya yang pernah saya baca......

Melangkahlah walau luka menekam di dada. Di saat merasa diri dilukai sang pujaan hati, istri kerana suaminya, si A dengan temannya atau bahkan si A dengan pacarnya kerana diputuskan si B sehingga terhenti langkahnya *dramatis hiks. Melangkahlah walau luka menekam di dada, ketika ada seseorang laki laki mendekatimu kemudian ia sempat memberikan asa tapi tak sempat diwujudkan dengan segera, maka bersyukurlah, kerana Allah memperlihatkan mana yang terbaik untukmu dan juga untuknya. Tak usaha risau, tak usah galau sampai kau terpikir untuk bunuh diri sebagai jalan mengakhiri, padahal itu bukan akhir dari semua yang terjadi, malah membuat masalah baru dalam kehidupanmu nanti.. So, tetaplah melangkah, tak apa pelan-pelan, tidak perlu cepat cepat kerana jalan cepat bukan berarti akan sampai pada tujuan dengan baik kan? Pelan pelan saja, melangkahlah, nikmati setiap langkahmu dengan terus melibatkan Allah dalam setiap kejadian agar hidupmu lebih berkah, agar hidupmu lebih bahagia kerana syukur dan sabar yang selalu terpanjatkan.. janji Allah itu benar, seperti dalam Quran surah Ibrahim ayat 7 yang artinya”dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘sesungguhnya jika kammu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatku), maka pasti azabku sangat berat.’” ma sya Allah bukan? dan ada juga yang mengatakan barangsiapa yang bersabar maka ia akan beruntung kerana buah dari kesabarannya.. ma sya Allah…

Yuk ah, kita terus melangkah walau luka menekam di dada. J

Part 3: melupakannya untuk mendapati KecintaanNya

Konteks melupakan adalah salah satu kata yang sering digunakan untuk mereka yang putus cinta. *ea

Masih nyambung dengan yang namanya pertemanan. Berdasarkan pengalaman pribadi, ditinggal dengan orang yang menurut kita sangat berpengaruh pada kehidupan kita itu menyakitkan, yup! Karena kita akan sangat berharap bisa bersama dia, selamanya. Konteksnya menurut Allah berbeda, karena apa yang menurut kita baik belum tentu baik di mata Allah pun sebaliknya, kalo tidak salah ada di firman Allah quran surah Al-baqarah:216. Kalo saya piker-pikir sih mereun kita gaakan berkembang jika berteman dengan dia dia terus, kamu terlalu bergantung dengannya sehingga bisa saja di waktu tertentu kamu melupkan Tuhan, yang menciptakannya. Dann, Allah pun kasih ujian, dengan cara memisahkan kita dengan teman yang sangat berpengaruh tersebut. Saya sebutkan lagi, konteks berpengaruh di sini seperti layaknya lebah dan madu, sama sama saling melengkapi dan memberi manfaat. Pengaruhnya, misalnya teman kita yang itu mah peduliiii pake banget, dan perasaaaa banget, saking peduli dan perasa sampe kalo kita lagi badmood dia kerasa dan bikin kita ga badmood.. yang suka ngingetin kebaikan misalnya, contoh nyatanya ngingetin skripsi kala jadi pejuang skripsweet, ngingetin makan kala lupa makan, ngingetin tidur kala lupa tidur bahkan sampe ngingetin untuk mandi wk, saking berpengaruhnya tuh.. bahkan nih, saking bepengaruhnya lagi, dia itu orang yang baiiik banget, enak kalo diajak sharing, ngobrol dan masuk ke logika kalo lagi cerita tentang pengalaman dan saling mengambil pembelajaran, suka ngajak masak bareng, makan bareng, bahkan tidur bareng di kosannya *jangan suuzon dulu ya, nginep bareng itu yak karena buat ngerjain tugas bareng, masak masak dan makan serta sharing manfaat, pokoknya berpengaruuuuh banget bagi kehidupan kita, bahkan sampe dia ngajakin ngaji bareng… ma sya Allah. Ada ga yang gitu? Kalo saya, ada. Maha baiknya Allah mempertemukan saya dengan teman super super super super seperrrr peduli dan care banget kek gitu.. yang jadi problem itu sekarang, saya susah untuk bisa move on dan menganggap teman teman yang lain sama seperti itu walau aslinya sangat jauh berbeda.. problem kan? Yup! Problemnya dalam diri saya yang kurang bisa menyikapinya. Akibatnya, sampai detik ini belum menemukan atau menganggap sosok teman tersebut ada gantinya.. karena memang tidak tergantikan, tapi efeknya? Ditinggalkan, saat waktu bergulir dan Allah menggerakkan waktu sampai pada titik kita semua lulus kemudian dia menikah, menikah karena kita juga, karena saking sayangnya sama teman tersebut kita pengen dia terlihat bahagia sampai rela menjadi perantara untuk mengantarkannya bertemu dan bersatu dengan pendamping hidupnya *ea… seneng? Yup pasti, bahagia? Jelas, bahkan masih teringat jelas saat suaminya mengucapkan ijab Kabul dan menjemputnya untuk hidup bersama. Terlihat kebahagiaan yang terpancar, dan kita ikut bahagia pula. Disisi lain, ada hati yang lara, bukan karena cemburu, tapi karena merasa ada yang hampa kala semuanya berubah, teman kita sudah sibuk dengan pasangannya sehingga kehidupan pun berbeda 90 derajat dari sebelumnya… tidak ada lagi masak-masakan seperti dulu, tidak ada lagi mengerjakan tugas bersama, bahkan sampai ke nginep bareng atau ngaji bareng. Bukan tidak ada lagi sih, tapi lebih ke jarang dan tidak seperti dulu bahkan bisa diitung jari.. kecewa? Pasti, sedih? Jelas! Sakit hati? Enggak juga! tapi susah move on aja awal awal dan pernah sampai menganggap teman yang lain tidak sepeduli yang ia pernah temukan. Parah ya?! jangan sampai seperti itu ya kawan-kawan.. itu udah fatal banget sih, karena jatuhnya kita membeda bedakan, membanding-bandingkan, menyanjung-nyanjungkan yang diciptakan, dan penciptanya dilupakan, pencipta cemburu dan akhirnya menguji dengan memisahkan. Singkat waktu, kita sudah berada pada kehidupan masing-masing, dia bersama kehidupannya dan saya bersama kehidupan saya yang baru. Menjaga jarak dan rindu berteman adalah yang  saya rasakan di waktu waktu tertentu. Bahkan jika tiba tiba ingatpun pasti ada simfoni rindu yang tetiba datang dan menghampiri dan meminta waktu untuk mengulang kepada kehidupan sebelumnya. Tapi itu halu, jatuhnya kurang syukur dan tidak baik. Saat ini, dengan berjalannya waktu, saya mencoba untuk menerima semuanya, menerima apa apa yang sudah terjadi, menerima kenangan yang terlewati menjadi sebuah rangkaian kehidupan atau warna kehidupan. Saya mencoba melupakan banyak hal yang membuat saya menjadi egois dalam berteman, menjadi palah pilih dan menganggap semuanya sama, tidak sama dengan yang pernah saya temukan. Alhamdulillah, Allah bantu saya untuk bisa move on dari hal hal yang membuat saya jatuh dan merasa orang orang tidak peduli. Padahal, mereka punya kepedulian itu, hanya saja kapasitasnya berbeda dari yang pernah ditemukan. Ada banyak hal yang saya ambil pembelajaran dari bertemu dengan orang yang berpengaruh tersebut. Pertama, saya sangat berterima kasih sekali karena Allah mempertemukan dan mendekatkan saya dengan dia yang mempengaruhi saya kepada kebaikan.. saya jadi belajar banyak hal darinya, belajar kepekaan, belajar kepedulian, bahkan pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari untuk mengingatkan kepada kebaikan, alhamdulillah. Kedua: saya belajar untuk menjadi pribadi tidak egois, pribadi yang tidak banyak memihak kepada siapapun kala perpisahan sementara itu terjadi. Saya anggap perpisahan yang pernah kita lewati bukanlah perpisahan abadi, kerana doa untuk dikumpulkan di syurga pernah saya utarakan pada sang pencipta. Aamiin. Ketiga: Allah mengajarkan saya untuk tidak terlalu bergantung, tidak terlalu berharap kepada makhluk, karena gelisah  dan galau yang akan terus melanda seperti yang saya rasakan karena pernah bergantung kepadanya. Dari teman saya, saya belajar untuk berteman ya sewajarnya saja, tidak terlalu berlebihan ataupun kekurangan.. itu yang saya aplikasikan sekarang ya walaupun ada waktu tertentu yang harus kita lihat situasinya bertindak kepada teman kita itu seperti apa, asal jangan di luar batas saja dan masih pada tahap Allah sukai.. Keempat: belajar untuk tidak terwarnai terus.. mending ya kalau terwarnainya baik seperti saya dengan teman saya, tapi kalau terwarnainya buruk? Cepat cepatlah menghindar supaya tidak menjadi lebih buruk kecuali kita balik mewaranai dengan yang baik baik. Nah, dari teman saya, saya belajar jika bertemu dengan teman baru yang sifatnya atau sikapnya jauh berbeda dengannya, saya harus mewarnai kebaikan padanya, pelan pelan saja,,, karena perubahan itu proses dan Allah yang menghendaki ada perubahan tersebut. Yup! Alhamdulillah karena saya bukan tipikal suka ngomong panjang lebar kalo lagi ngobrol dengan banyak orang, yang sering saya lakukan adalah sebagai pendengar, penyimak yang baik dan jarang jarang saya mengutarakan sesuatu yang cukup panjang kecuali kepada orang yang saya percayai… mewarnai yang saya lakukan dari ajaran teman saya adalah dengan tindakan, melakukan sebaik mungkin untuk menjadi teman, jika teman kita kurang peduli berarti kitanya yang harus mengedukasikan kepedulian tersebut, dengan apa? Dengan tindakan… ma sya Allah, walaupun tidak sepenuhnya dilakukan setidaknya ada usaha untuk bisa mengamalkan edukasi tersebut. Alhamdulillah bini’mati tatimmusholihaat..

Jadi saudara/iku,, melupakan seseorang untuk mendapatkan kecintaanNya adalah sangat perlu, walau konteksnya tidak melulu kepada si doi yang tiba tiba meninggalkan *ea, tapi kepada teman kita yang tiba tiba meninggalkan atau kita yang meninggalkan. Hidup itu akan mengalir dan terus mengalir, mempertemukan kita dengan banyak orang silih berganti datang, itu semua untuk apa? Untuk diambil pembelajarannya. Jika dia mempunyai sifat baik, kita ambil kebaikannya, jika dia punya sifat tidak baik kita jadikan pembelajaran bahwa sifat itu tidak baik, yang artinya kita tidak melakukan itu juga kepada orang lain. Allah tidak mengajarkan kita untuk melupakan orang lain karena kebaikannya. Kalo kata aa gym yang harus kita ingat kepada orang lain adalah kebaikannya  kepada kita dan keburukan kita padanya, yang harus kita lupakan adalah keburukannya kepada kita.. supaya kita tidak terus terusan berprasangka tak baik dan kita bisa terus berbuat baik kepada orang tersebut. Ma sya Allah ya, jadi ingat tentang Allah mengutus kita ke bumi untuk apa? Yup! Beribadah, salah satunya tetap berbuat baik kepada saudara kita sekalipun kita sudah tidak lagi bersamanya. Jangan lupa untuk terus mendoakan saudara kita di manapun berada ya.. doa adalah salah satu bentuk cinta J

Jengjengjeng,

Berbeda lagi konteksnya jika putus cinta *ea, kayanya bakal sensitive pembahasannya wk.. kacau memang wk..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar