Part 1: bercerita tentang diri
Pesona raga
yang membuatnya menarik adalah kunci dari sebuah perasaan. Perasaan datang dari
hati, dan hati akan selalu mengikuti keinginan diri. Jika keinginannya bertaut
kepada apa yang disukai Allah maka hatinya akan jadi baik, dan diresapi oleh
akal sehingga muncullah tindakan. Itulah karakter yang disebut sebagai akhlak.
Diri yang sesungguhnya adalah diri yang penuh dengan salah yang selalu
mengharap Tuhan mengampuninya. Diri yang sesungguhnya adalah yang setiap hari
tidak pernah luput dari apa apa yang ia lupa entah itu kesalahan ataupun sebuah
kebaikan, sangat disayangkan jika kebaikan itu dilupakan, bahwa sejatinya
kebaikanlah yang mengantarkan jiwa menuju pada kesucian di hadapan Tuhan. Tidak
mengapa kebaikan diri dilupakan tapi asal jangan kebaikan orang kepada diri kita.
Tidak banyak yang diketahui tentang diri kecuali Allah, sang Maha mengetahui
tindak tanduk hambaNya dari awal diciptakan sampai ia ditempatkan di akherat
kelak. Menjadi seorang hamba yang ingin dicintaiNya adalah dengan melaksanakan
apa apa yang disukai oleh Allah. Kata Aa gym dalam ceramahnya, bahwa jika
seseorang yang akhlaknya baik itu berarti apa yang ada dalam pikirannya itu
baik, dan jika pikirannya baik, berarti apa yang ada di dalam hatinya adalah
baik, lalu kenapa bisa baik? Karena hubungan ia dengan Allahnya baik karena ia
selalu gunakan untuk terus mengingat Allah dalam setiap kejadian.. ma sya
Allah. Jadi kuncinya apa? Dzikrulloh,, jika seseorang yang akhlaknya baik itu
bisa dilihat dari hubungannya dengan Allah, berarti ia selalu melibatkan Allah
dihatinya. Mari kita belajar kepada para ulama yang selalu mengingatkan kepada
Sang maha pencipta, makanya ngaji itu sangat PENTING, toh kerana orang yang
tidak pernah ngaji akan merasa dirinya selalu berputusasa dari rahmat Allah
yang jatuhnya adalah suka mengeluh dan merasa diri sudah melakukan maksimal,
padahal belum maksimal dan belum melibatkan Allah dalam aktivitasnya, kerana ia
merasa menyanjungkan dirinya sangat bisa dan lebih bisa dibandingkan yang lain.
Hati hati jika ujub sudah tertanam di
hati, maka akan mewujudkan akhlak yang kurang terpuji sehingga banyak yang
tidak menyukai. Yuuuk sama sama intopeksi diri atas tingkah lsaya yang pernah
dilakoni dalam bahtera dunia ini, selama ini.
Tentang diri,
tak pernah lepas dari sebuah kata maaf, tolong,
terima kasih, dan juga semangat, kerana empat kata itu yang selalu saya
pegang untuk mengakali dalam bersosial dengan orang lain. Orang tua saya sejak
kecil mengajarkan bahwa kesopanan adalah
nomor satu untuk diaplikasikan ketika berteman. Tentunya harus pada porsinya sesuai kondisi yang terjadi. Kesopanan adalah kunci
dalam berhubungan dengan teman, kerana tanpa kesopanan berteman akan terasa sangat
menyulitkan, misalnya tiba tiba merebut makanan tanpa permisi dan menghabiskan
sendiri kerana merasa teman sendiri. Kita tidak pernah tau bagaimana yang ada
dalam pikiran teman kita, bisa jadi sakit hati atas perilaku kita yang seperti
itu padahal kita yang sudah merasa dia seperti saudara sendiri. Sayangnya yang
menjadi bahaya adalah kondisi teman kita sedang tidak mood baik dan tiba
tiba melihat tingkah temannya yang sangat tidak sopan sehingga bisa jadi ia
tidak rela. Bahayanya ia tidak ridho atas apa yang kita lakuka tadi. Kalo
tidak ridho? Jatuhnya nanti ketika di akherat akan berhadapan dengan Allah
untuk dipertanggungjawabkan tindakan sembrono ketidaksopanan kita kepada teman
kira.. naudzubillah ya jangan sampai seperti itu. Nah, makanya kesopanan dalam
berteman juga sangat penting ya kawan-kawan, jangan selalu menganggap “ah da
dia ini” “ah da udah biasa ini”. Hei! Yang harus kau pahami adalah jika dia
tidak ridho atas apa yang kita lsayakan.. repot nanti di akherat… apalagi jika
temannya hanya berespek mendiamkannya saja sebagai tanda tidak terima dengan
muka masamnya yang diperlihatkan kepada kita.. masa iya kita mau mengobrol
dengan teman kita yang masam, dan kayanya diajak ngobrol pun tak mau dia.. hehe
jadi yuukk, budayakan sopan santun dalam berteman juga, jika terjadi hal yang tadi diceritakan segera
minta maaf sebelum dihisab di akherat..setidaknya kita menjalin hubungan baik
dengan saudara kita, Bahasa kerennya menjaga hablumminannaas..
Muqodimah yang
pajang J,
intinya saya tidak begitu bisa mendeskripsikan diri sebagai hamba yang merasa
masih banyak salah dan lupa diri dan tentunya saya pun masih banyak salah dan lupanya. Kuceritakan kepada kalian, bahwa saya adalah
sosok perempuan yang masih saja merasa perlu bantuan Tuhan atas apa-apa yang
diinginkan atau dibutuhkan. Hamba Allah yang selalu berusaha untuk terus bertafakur dan memperbaiki atas kesalahan yang dilakukan. Semoga Allah mengampuni kita
semua ya. Aamiin
Part 2:
melangkah walau luka menekam di dada
Rasa resah dan
gelisah hanya akan memberikan ketidakenakan di hati. Merasa ada sesuatu yang
mengganjal atas perbuatan orang yang membuat kita berpikir lama “apa ya salah
kita kepadanya”, sebenarnya itu hanya membuat hati menjadi penuh dengan teka
teki dan kuncinya harus segera ditabayunkan. Yap! Jika lama lama kita memendam
sebuah rasa tak enak dan tidak mau dimusyawarahkan dengan yang bersangkutan
khawatir hati jadi lebih terkotori oleh penyaki-penyakit yang tak terlihat oleh
kasat mata, yaitu iri dengki, dendam dan macamnya.. nauzhubillah.
Oleh karenanya,
penting sekali kita harus berani melangkah ketika merasa orang yang di sekitar
kita berbeda pandangannya, berbeda tingkah lakunya, kemudian datangi ia dan
tanyakan untuk mendapatkan kepastian jawaban dan tidak ada dzoon diantara kita.
Masalah selesai dan tak ada suuzon, hati tenang dan tidak lagi terpikirkan yang
membuat hati tergerogoti.. apa susahnya? Kadang, seorang perempuan selalu ada
perasaan tidak enak untuk mengawali, padahal itu perasaan yang bisa jadi
jatuhnya dari godaan yang membawa kita pada celaka. Ketidakenakan itu harus
ditaruh pada tempatnya, misalnya ketika ada teman kita yang selalu berbuat baik
kepada kita dan ia sedang merasa kesusahan dan kita ada di sana, bersamanya,
tau kondisinya, dan bisa untuk mengatasi kesusahannya, nah harusnya kita punya
rasa ketidakenakan atas kebaikan teman kita yang membuat kita jadi harus
membalas jasanya.. bukan malah menghindarinya dan menjauhinya karena takut jadi
ikut susah.. waah bahaya sekali itu. Teman macam apa pergi ketika temannya
sedang susah… kita bisa belajar dari cerita Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu..semoga
Allah merahmati beliau, begini kalo tidak salah, kalo salah mangga luruskan
saja ya.. pada saat itu Ali bin Abi Thalib Ra., ditanya “berapa orangkah
sahabat sejatimu?” kemudia beliau menjawab “saya tidak tau”, beliau juga
menjelaskan tentang bagaimana membedakan yang bisa disebut sebagai sahabat
sejati. “tunggulah nanti ketika saya sedang kesulitan. Lalu lihatlah berapa
orang yang masih setia membersamaiku. Itulah sahabat sejatiku” tuturnya, jika
ia datang hanya pada saat kita senang berarti dia belum sungguh-sungguh dalam
menjaga tali pertemanan kan… bener ga?
Yang perlu
digaris bawahi juga, kita bisa melihat karakter seseorang itu dari teman dekat
orang tersebut loh.. makanya sering tidak, mendengar bahwa keshalihan seseorang
bisa dilihat dari dengan siapa teman dekatnya? dan kalo secara logika, benar
juga, karena lingkungan serta orang-orang yang sering kita temui akan
berpengaruh besar kepada diri kita. Oleh karena itu, pentinglah kita untuk
berteman dengan orang shaleh. Supaya keshalihannya menular dan memberi manfaat
kepada kita. Kebayangkan kalo teman teman kita atau lingkungan kita orang
orangnya tidak baik *naudzubillah ya dan diri kita tidak kuat atau bukannya
malah mewarnai kebaikan tapi malah terwarnai keburukan kan itu jadi repot juga.
Jika ada yang seperti itu, kuy kalian belum terlambat ko, banyakin berteman
dengan orang orang shaleh, atau banyakin ngaji supaya banyak referensi manfaat
dan bisa menopang diri dari ilmu yang didapatkan. Setidaknya, kalo kita
mengetahui itu salah dan kita punya niat untuk memperbaikinya dengan cara
mengingatkannya itu bagus, daripada kita tau salah dan diemdiem bae..kan repot
hehe..
Wahai
saudariku, sungguh manfaat berteman dengan orang shaleh tidak terhitung
banyaknya. Dan begitulah seseorang, akan dinilai sesuai dengan siapakah yang
menjadi teman dekatnya, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang artinya: “seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah
kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam silsilah Ash-shahihah. No927)
Balik lagi ya..
Kalau misalnya
kita sudah berbuat baik dan kebaikan kita dibalas dengan ketidakbaikan, tidak
apa apa tidak apa apa, kalau kata aa Gym, kalo kita merasa sangat kecewa atas
tindakan keburukan teman kita kepada kita karena kita sudah berbuat baik
kepadanya, tandanya masih ada pengharapan kepada makhluk. Kurang lebih ada kata
kata beliau yang menggugah hati, begini.. kita berbuat baik kepada orang dan
orang lain berbuat baik kepada kita, itu biasa.. kita berbuat baik kepada orang
dan orang lain tidak membalasnya dan kita tidak berharap apapun pada orang
tersebut itu bagus. Tapi kita berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk
kepada kita baru itu dikatakan sangat bagus, bahkan Allah bisa mengangkat
derajat orang tersebut jika dia benar benar ikhlas.. ma sya Allah ya.. tapi
pada kenyataanya tidak bisa dipungkiri, kadang kita masih belum terima kalo ada
orang yang berbuat buruk padahal kita sudah baik kepadanya.. hmm bisa dilatih
sih, setidaknya berusaha untuk tidak berharap apapun dari makhluk walau kita
sudah berbuat baik. Hayuuk sama sama kita belajar melatih hati untuk tidak
banyak berharap kepada makhluk J
Jadi,
melangkahlah walau luka menekam di dada, walau banyak yang menghina atas
perbuatan kebaikan kita. Melangkah sajalah, jangan ragu, bukannya kalo kita
punya niatan untuk berbuat baik dan takut dikatakan ujub terus tidak jadi
berbuat baiknya, itu termasuk ujub juga? Nah, kuy interopeksi diri ya kawan
kawan, termasuk diri saya juga yang mesti harus belajar dalam menjaga hati
supaya tidak terkotori walau hanya dengan perihal kecil.
Untuk menjadi
referensi jika kalian merasa tersakiti dengan kebaikan yang kalian lakukan,
coba deh tengok lagi kisah perjuangan rasulillah Saw., yang dengan gagah, kuat,
dan sabarnya dalam menghadapi umat zaman dulu yang masih banyak belum masuk
islam.. sampai beliau rela dilempari kotoran saat sembahyang dan ketika pulang
Fatimah anak bungsu yang sangatt sayang kepada ayahnya, menangis sambil
mengelap kotoran yang ada di kepala rasulillah saw., kemudian beliau tersenyum
dan megatakan “jangan menangis wahai anakku, ayahanda tidak apa apa...”kurang
lebih seperti itu kisahnya yang pernah saya baca......
Melangkahlah
walau luka menekam di dada. Di saat merasa diri dilukai sang pujaan hati, istri
kerana suaminya, si A dengan temannya atau bahkan si A dengan pacarnya kerana
diputuskan si B sehingga terhenti langkahnya *dramatis hiks. Melangkahlah walau
luka menekam di dada, ketika ada seseorang laki laki mendekatimu kemudian ia
sempat memberikan asa tapi tak sempat diwujudkan dengan segera, maka
bersyukurlah, kerana Allah memperlihatkan mana yang terbaik untukmu dan juga
untuknya. Tak usaha risau, tak usah galau sampai kau terpikir untuk bunuh diri
sebagai jalan mengakhiri, padahal itu bukan akhir dari semua yang terjadi,
malah membuat masalah baru dalam kehidupanmu nanti.. So, tetaplah melangkah,
tak apa pelan-pelan, tidak perlu cepat cepat kerana jalan cepat bukan berarti
akan sampai pada tujuan dengan baik kan? Pelan pelan saja, melangkahlah,
nikmati setiap langkahmu dengan terus melibatkan Allah dalam setiap kejadian
agar hidupmu lebih berkah, agar hidupmu lebih bahagia kerana syukur dan sabar
yang selalu terpanjatkan.. janji Allah itu benar, seperti dalam Quran surah
Ibrahim ayat 7 yang artinya”dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘sesungguhnya
jika kammu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmatku), maka pasti azabku sangat berat.’” ma sya Allah
bukan? dan ada juga yang mengatakan barangsiapa yang bersabar maka ia akan
beruntung kerana buah dari kesabarannya.. ma sya Allah…
Yuk ah, kita
terus melangkah walau luka menekam di dada. J
Part 3:
melupakannya untuk mendapati KecintaanNya
Konteks
melupakan adalah salah satu kata yang sering digunakan untuk mereka yang putus
cinta. *ea
Masih nyambung
dengan yang namanya pertemanan. Berdasarkan pengalaman pribadi, ditinggal
dengan orang yang menurut kita sangat berpengaruh pada kehidupan kita itu
menyakitkan, yup! Karena kita akan sangat berharap bisa bersama dia, selamanya.
Konteksnya menurut Allah berbeda, karena apa yang menurut kita baik belum tentu
baik di mata Allah pun sebaliknya, kalo tidak salah ada di firman Allah quran
surah Al-baqarah:216. Kalo saya piker-pikir sih mereun kita gaakan berkembang
jika berteman dengan dia dia terus, kamu terlalu bergantung dengannya sehingga
bisa saja di waktu tertentu kamu melupkan Tuhan, yang menciptakannya. Dann,
Allah pun kasih ujian, dengan cara memisahkan kita dengan teman yang sangat
berpengaruh tersebut. Saya sebutkan lagi, konteks berpengaruh di sini seperti
layaknya lebah dan madu, sama sama saling melengkapi dan memberi manfaat.
Pengaruhnya, misalnya teman kita yang itu mah peduliiii pake banget, dan
perasaaaa banget, saking peduli dan perasa sampe kalo kita lagi badmood
dia kerasa dan bikin kita ga badmood.. yang suka ngingetin kebaikan
misalnya, contoh nyatanya ngingetin skripsi kala jadi pejuang skripsweet,
ngingetin makan kala lupa makan, ngingetin tidur kala lupa tidur bahkan sampe
ngingetin untuk mandi wk, saking berpengaruhnya tuh.. bahkan nih, saking
bepengaruhnya lagi, dia itu orang yang baiiik banget, enak kalo diajak sharing,
ngobrol dan masuk ke logika kalo lagi cerita tentang pengalaman dan saling
mengambil pembelajaran, suka ngajak masak bareng, makan bareng, bahkan tidur
bareng di kosannya *jangan suuzon dulu ya, nginep bareng itu yak karena buat
ngerjain tugas bareng, masak masak dan makan serta sharing manfaat, pokoknya
berpengaruuuuh banget bagi kehidupan kita, bahkan sampe dia ngajakin ngaji
bareng… ma sya Allah. Ada ga yang gitu? Kalo saya, ada. Maha baiknya Allah
mempertemukan saya dengan teman super super super super seperrrr peduli dan
care banget kek gitu.. yang jadi problem itu sekarang, saya susah untuk bisa
move on dan menganggap teman teman yang lain sama seperti itu walau aslinya
sangat jauh berbeda.. problem kan? Yup! Problemnya dalam diri saya yang kurang
bisa menyikapinya. Akibatnya, sampai detik ini belum menemukan atau menganggap
sosok teman tersebut ada gantinya.. karena memang tidak tergantikan, tapi
efeknya? Ditinggalkan, saat waktu bergulir dan Allah menggerakkan waktu sampai
pada titik kita semua lulus kemudian dia menikah, menikah karena kita juga,
karena saking sayangnya sama teman tersebut kita pengen dia terlihat bahagia
sampai rela menjadi perantara untuk mengantarkannya bertemu dan bersatu dengan
pendamping hidupnya *ea… seneng? Yup pasti, bahagia? Jelas, bahkan masih
teringat jelas saat suaminya mengucapkan ijab Kabul dan menjemputnya untuk
hidup bersama. Terlihat kebahagiaan yang terpancar, dan kita ikut bahagia pula.
Disisi lain, ada hati yang lara, bukan karena cemburu, tapi karena merasa ada
yang hampa kala semuanya berubah, teman kita sudah sibuk dengan pasangannya
sehingga kehidupan pun berbeda 90 derajat dari sebelumnya… tidak ada lagi
masak-masakan seperti dulu, tidak ada lagi mengerjakan tugas bersama, bahkan
sampai ke nginep bareng atau ngaji bareng. Bukan tidak ada lagi sih, tapi lebih
ke jarang dan tidak seperti dulu bahkan bisa diitung jari.. kecewa? Pasti,
sedih? Jelas! Sakit hati? Enggak juga! tapi susah move on aja awal awal dan
pernah sampai menganggap teman yang lain tidak sepeduli yang ia pernah temukan.
Parah ya?! jangan sampai seperti itu ya kawan-kawan.. itu udah fatal banget
sih, karena jatuhnya kita membeda bedakan, membanding-bandingkan,
menyanjung-nyanjungkan yang diciptakan, dan penciptanya dilupakan, pencipta
cemburu dan akhirnya menguji dengan memisahkan. Singkat waktu, kita sudah
berada pada kehidupan masing-masing, dia bersama kehidupannya dan saya bersama
kehidupan saya yang baru. Menjaga jarak dan rindu berteman adalah yang saya rasakan di waktu waktu tertentu. Bahkan
jika tiba tiba ingatpun pasti ada simfoni rindu yang tetiba datang dan
menghampiri dan meminta waktu untuk mengulang kepada kehidupan sebelumnya. Tapi
itu halu, jatuhnya kurang syukur dan tidak baik. Saat ini, dengan berjalannya
waktu, saya mencoba untuk menerima semuanya, menerima apa apa yang sudah
terjadi, menerima kenangan yang terlewati menjadi sebuah rangkaian kehidupan
atau warna kehidupan. Saya mencoba melupakan banyak hal yang membuat saya
menjadi egois dalam berteman, menjadi palah pilih dan menganggap semuanya sama,
tidak sama dengan yang pernah saya temukan. Alhamdulillah, Allah bantu saya
untuk bisa move on dari hal hal yang membuat saya jatuh dan merasa orang orang
tidak peduli. Padahal, mereka punya kepedulian itu, hanya saja kapasitasnya
berbeda dari yang pernah ditemukan. Ada banyak hal yang saya ambil pembelajaran
dari bertemu dengan orang yang berpengaruh tersebut. Pertama, saya sangat
berterima kasih sekali karena Allah mempertemukan dan mendekatkan saya dengan
dia yang mempengaruhi saya kepada kebaikan.. saya jadi belajar banyak hal
darinya, belajar kepekaan, belajar kepedulian, bahkan pengaplikasian dalam
kehidupan sehari-hari untuk mengingatkan kepada kebaikan, alhamdulillah. Kedua:
saya belajar untuk menjadi pribadi tidak egois, pribadi yang tidak banyak
memihak kepada siapapun kala perpisahan sementara itu terjadi. Saya anggap
perpisahan yang pernah kita lewati bukanlah perpisahan abadi, kerana doa untuk
dikumpulkan di syurga pernah saya utarakan pada sang pencipta. Aamiin. Ketiga:
Allah mengajarkan saya untuk tidak terlalu bergantung, tidak terlalu berharap
kepada makhluk, karena gelisah dan galau
yang akan terus melanda seperti yang saya rasakan karena pernah bergantung
kepadanya. Dari teman saya, saya belajar untuk berteman ya sewajarnya saja, tidak
terlalu berlebihan ataupun kekurangan.. itu yang saya aplikasikan sekarang ya
walaupun ada waktu tertentu yang harus kita lihat situasinya bertindak kepada
teman kita itu seperti apa, asal jangan di luar batas saja dan masih pada tahap
Allah sukai.. Keempat: belajar untuk tidak terwarnai terus.. mending ya kalau
terwarnainya baik seperti saya dengan teman saya, tapi kalau terwarnainya
buruk? Cepat cepatlah menghindar supaya tidak menjadi lebih buruk kecuali kita
balik mewaranai dengan yang baik baik. Nah, dari teman saya, saya belajar jika
bertemu dengan teman baru yang sifatnya atau sikapnya jauh berbeda dengannya,
saya harus mewarnai kebaikan padanya, pelan pelan saja,,, karena perubahan itu
proses dan Allah yang menghendaki ada perubahan tersebut. Yup! Alhamdulillah
karena saya bukan tipikal suka ngomong panjang lebar kalo lagi ngobrol dengan
banyak orang, yang sering saya lakukan adalah sebagai pendengar, penyimak yang
baik dan jarang jarang saya mengutarakan sesuatu yang cukup panjang kecuali
kepada orang yang saya percayai… mewarnai yang saya lakukan dari ajaran teman
saya adalah dengan tindakan, melakukan sebaik mungkin untuk menjadi teman, jika
teman kita kurang peduli berarti kitanya yang harus mengedukasikan kepedulian
tersebut, dengan apa? Dengan tindakan… ma sya Allah, walaupun tidak sepenuhnya
dilakukan setidaknya ada usaha untuk bisa mengamalkan edukasi tersebut.
Alhamdulillah bini’mati tatimmusholihaat..
Jadi
saudara/iku,, melupakan seseorang untuk mendapatkan kecintaanNya adalah sangat
perlu, walau konteksnya tidak melulu kepada si doi yang tiba tiba meninggalkan
*ea, tapi kepada teman kita yang tiba tiba meninggalkan atau kita yang
meninggalkan. Hidup itu akan mengalir dan terus mengalir, mempertemukan kita
dengan banyak orang silih berganti datang, itu semua untuk apa? Untuk diambil
pembelajarannya. Jika dia mempunyai sifat baik, kita ambil kebaikannya, jika
dia punya sifat tidak baik kita jadikan pembelajaran bahwa sifat itu tidak baik,
yang artinya kita tidak melakukan itu juga kepada orang lain. Allah tidak
mengajarkan kita untuk melupakan orang lain karena kebaikannya. Kalo kata aa
gym yang harus kita ingat kepada orang lain adalah kebaikannya kepada kita dan keburukan kita padanya, yang
harus kita lupakan adalah keburukannya kepada kita.. supaya kita tidak terus
terusan berprasangka tak baik dan kita bisa terus berbuat baik kepada orang
tersebut. Ma sya Allah ya, jadi ingat tentang Allah mengutus kita ke bumi untuk
apa? Yup! Beribadah, salah satunya tetap berbuat baik kepada saudara kita
sekalipun kita sudah tidak lagi bersamanya. Jangan lupa untuk terus mendoakan
saudara kita di manapun berada ya.. doa adalah salah satu bentuk cinta J
Jengjengjeng,
Berbeda lagi
konteksnya jika putus cinta *ea, kayanya bakal sensitive pembahasannya wk..
kacau memang wk..