Malam hari, seperti
biasanya karena esok hari ada jadwal mengajar, aku berkutat dengan buku-buku
mapel yang ingin diajarkan dan laptop untuk mencari sumber dan bahan ajar. Apalagi,
mapel yang diajarkan tidak sesuai dengan jurusan, rasanya lebih dua kali lipat
aku harus mempelajarinya. Pernah menyerah? Pernah. Hingga pusing kepala untuk memahami
maksudnya. Aku memang suka sejarah, tapi tidak suka dengan luasnya budaya di
dalamnya. Tidak suka dengan tanggal-tanggal dan kapan budaya masuk ke
Indonesia, karena waktu dan tanggalnya ada beberapa versi jadi untuk menghafal
dan memahami itu semua rasanya energi yang digunakan seharian habis seketika. Pernah
seketika aku memilih untuk membolos mengajar karena tidak tau apa yang harus
disampaikan. Pasalnya fasilitas sekolah masih terbatas. Kalo bisa berbasis
internet dan aku bisa menggunakan power point, gambar, dan video mungkin itu
akan mempermudah aku dan tidak akan sepusing ini. Huuufht, aku jadi berpikir
hebatnya guru-guru lain di sini bertaham dalam mengajar dengan versi sederhana dan lebih banyak
ceramah yang harus dibungkus dengan semenyenangkan mungkin. Yang katanya kurikulum sudah merdeka, nyatanya guru sepertiku masih melambai
tangan menginginkan dimerdekakan.
Aku type orang
yang menyukai structural, kalo disuruh jawab soal, aku lebih menyukai menjawab
secara urut, tidak mengacak. Dan aku akan sangat kesal jika jadwal dan struktur
kehidupan aku tidak sesuai apa yang diinginkan. Aku akan berontak dan kecewa
sama diri sendiri, kesal, dan juga marah. Apalagi jika waktu yang digantikan
itu untuk hal-hal yang kurang berguna. Seperti tadi malam. Aku sudah exited
untuk belajar prakarya dan antropologi, baru juga mencari sumber setengah
tentang prakarya, tiba-tiba ada yang mengetuk kamarku dengan suara ketukan
cepat “rind, sini kumpul, keluar dulu” suara sang kakak pertama yang baru
datang menjelang jam 8 malam. Kesal, aku tidak mengerti kenapa orang bisa
bertamu di jam-jam seenaknya, tidak mengerti waktu malam adalah untuk tidur dan
mengisi energi di esok hari apa? Aku kadang suka tidak habis nurul dengan
mereka yang bertamu seperti itu, dan itu suka dilakukan oleh kakak-kakaku
sendiri, ya walaupun ke rumah orang tua tapi kan harusnya lebih memahami adab
adabnya bukan, sekalipun ke sodara kandung sendiri. Kan kita tidak tau, orang
di rumah secape apa dalam pekerjaannya seharian? Hmmm tapi ya mungkin
beliau-beliau punya alasan sendiri. Jadi, aku harus bersikap realistis walau
kesal berkali-kali.
Dengan kesal
aku berkata sedikit teriak dari dalam kamar “aku mau belajar!” jawabku.
Beberapa detik
kemudia ketukan itu datang lagi “eh, rind, ga sopan ada kakak tuh sini kumpul
dulu, belajar tuh ada waktunya, sini dulu keluar!” ucapnya kembali.
Jika sudah lebih dari satu kali ada peringatan, itu artinya aku harus memenuhinya. Yah begitulah kehidupan di rumah. Entah kenapa semua orang selalu ingin dihormati dan dihargai, tanpa melihat orang lain juga ingin dihormati dan dihargai. Karena aku hanya seorang adik pengais bungsu yang tak punya kuasa banyak, jadi yam au gamau harus mengikuti aturannya. Dengan sangat kesal karena jadwalku diganggu, aku siap-siap memakai lengkap karena ada kakak iparku juga di luar. Sebagai seorang perempuan yang mempunyai kakak ipar laki-laki otomatis harus tetap menjaga auratnya bukan?
Aku pun ke
ruang tamu dengan muka cemberut. Aku sudah menebak apa yang akan dibicarakan…
tentang pekerjaanku, tentang aku dinasehatin agar ikut P3K lah, aku harus ikut
PNS lah, dll. Aku yang sedang kesal itu hanya terdiam dan gamau berbicara
apapun karena masih mengingat jadwalku yang terganggu itu. Pukul set.10 malam
kakaku akhirnya pulang. Jarak rumahnya cukup jauh sih, kalo ga macet bisa 1 jam
kalo macet bisa berjam-jam.
Setelah
beliau-beliau pulang, aku kembali kekamar. Ya, jurus andalan untuk mengekspresikan
kekesalanku adalah menangis hehhe. Aku menangis di kamar sambil curhat sama
diri sendiri dan juga ke Allah tentunya, mencari inti dari semuanya, sampai waktu
pun bergulir sampai pukul 22.00 wib. Yang tadinya semangat mau belajar untuk esok
hari akhirnya aku memutuskan untuk mengakhirinya saja karena aku gamau
begadang. Dan udah pasrah besoknya mau ngajar apa-apanya.
Keeseokan harinya,
aku masih menyimpan kekesalan itu, aku berangkan ke sekolah dengan hati kesal
dan pasrah. dan sesampainya di sekolah, apel pun dimulai. Apel hanya diikuti
oleh guru-guru yang diisi dengan berdoa sebelum memulia mengajar yang dipimpin
oleh guru Ikhwan. Aku dengan pasrah dan seadanya masuk kelas X untuk mengajar
prakarya. Dan di kelas ternyata anak laki-lakinya baru dua orang yag hadir, dan
murid perempuan pada mengoceh dan melobi aku untuk bercerita saja karena
esoknya akan libur. Aku melihat dari kejauhan murid laki-laki bergerombol sedang
berjalan dan feelingku pasti mereka males untuk belajar karena bentar lagi mau
libur. Tak pikir Panjang lagi, aku pun masuk kelas dan menyapa murid-murid. Seperti
biasa layaknya guru di awal pembelajaran melakukan pembukaan dan mengulas
materi sebelumnya, beberapa menit kemudian, datanglah gerombolan anak laki-laki
kelas tersebut yang sengaja telat, mereka nyengir sambil masuk. Dan seperti
biasa aku akan menanyakan alasannya dan disuruh untuk istigfar dan berjanji
agar tidak telat. Uniknya ngajar di tempat sekarang adalah, tidak hanya di cara
mengajarnya saja aku harus berpikir keras agar anak-anak bisa mengikuti dengan
baik, tapi mencari anak-anak yang bolos atau memberikan komitmen kepada yang
telat, dan memberikan kesepakatan kepada yang suka izin keluar kelas yang biasanya
mereka akan berbelok beli gorengan dan es ke kantin, jadi aku mengikuti ajaran
temanku yang katanya kalo ada siswa yang izin ke wc bilang aja “Ibu nitip
gorengan ya untuk temen sekelas” mereka hanya nyengir dan berkata "bener
ke wc ko bu” atau yang menjawab “siap bu” tapi kembali tanpa membwa gorengan. Yah
begitulah, mengajar di kelas besar yang jumlah muridnya tidak hanya 10-20 tapi lebih
dari 30 bahkan lebih 40. Guru tidak hanya bersusah payah mencari cara mengajar,
tapi mencari murid yang bolos dan telat, kalo aku melihat ada yang bolos dan melihat
anaknya lagi di mana, suka aku samperin sih. Dan uniknya lagi, yang bolos itu
sedang maen bola atau nongkrong di kantin. Selain itu sebagai balasannya aku
mengurangi poin mereka juga agar jera, tapi nyatanya ga jera-jera. Kadang aku berpikir
dengan cara apalagi agar mereka bisa berubah. Tapi, yang Namanya manusia, tidak
bisa mengubah karakter, yang bisa merubah yakni yang pemegang hati, yakni Allah
Swt., jalan akhirnya ya si aku hanya bisa berdoa untuk anak-anakuu itu yang sangat
astagfirulloh dan ma syaa Allah itu mudah-mudahan menjadi anak yang sholeh/ah. Ternyata,
bolosnya tidak hanya di kelas aku saja, tapi di pelajaran lain juga sama, aku
kira mereka tidak menyukai caraku mengajar atau mapelnya tapi memang merekanya
saja yang ingin selalu dimanja wkwk.
Duh jadi Panjang.
Balik lagi ya, jadi saat itu, aku melihat ada satu murid yang telat dan nengok-nengok
dari jendela kelas, ketahuan deh sama aku, aku liat dari pintu dan mereka lari.
Hmm memangnya aku mau ajak mereka ucing-ucingan apa. tapi alhamdulillahnya aku
tau siapa yang bolos itu, jadi aku bisa mencirikannya, alhamdulillahnya mataku
jeli wkwk.
Beberapa menit
berlalu aku sudah mulai mau masuk ke materi, dan tiba-tibaa “toktok” suara
pintu kelas “bu punten, kata Bapak kepala, anak-anak disuruh untuk ke mushola …..”
guru laki-laki memakai baju kemeja putih dan peci di atas kepalanya mengatakan
kepadaku. Suara sorak senang membuncah dari dalam kelas aku mengajar “ooh iya
pak, ada yang harus dibawa mereka ga pak?” tanyaku. “bawa alat tulis aja bu”
jawabnya “iya pak, terima kasih”.
Hmmm sudah pasti
ini pertanda pembelajaran hari ini tidak akan kondusif. Aku pun menutup kelas,
dan pergi ke kantor.
Di kantor,
ibu-ibu berbincang bincang tentang ada kegiatan apa dan apakah pembelajaran berjalan
atau tidak. Dan ibu-ibuuu mengobrolkan kalo ga belajar kita akan menengok Mis
Zizie yang baru melahirkan di 25 hari yang lalu. Waktu berjalan dan tiba-tiba
salah satu guru akhwat dipanggil kepala sekolah dan tentunya bukan aku ya,
karena aku masih baru. Namanya bu Alif, setelah dari kepala sekolah bu Alif
memberitahu guru-guru akhwat kalo guru akhwat gapapa nengok Mis Zizie saja dan ngajar
dibebaskan untuk hari ini. Senyum sumringah pun berkembang dari mulut kami hehe.
Kami berlima berangkat ke rumah miss Zizie yang jarakanya sekitar 30 menitan
kurang lebih ya. Dan sepanjang perjalanan aku berpikir tentang sayangnya Allah
padaku, dan pada hamba-hamba lainnya.
Aku yang tadi
malam kesal karena gabisa membuat scenario pembelajaran ternyata Allah mempunyai
rencana lain padaku yang membuatku lebih jatuh cinta lagi padaNya. Terima kasih
ya Allah. Allah Maha Baiik sangaaaat
baiiiik, dan aku merasa maluuu :( karena masih suka banyak ngeluh. Maafkan aku
ya Rabb. tidak hanya itu, setelah nengok Mis Zizie, ternyata sekolah memberikan
uang transport kepada yang nengok, dan kami berencana untuk nyeblak.. aah
rasanya aku baru merasakan Bahagia dengan guru-guru akhwat di tempat yang baru
ini. Di perjalanan aku banyak berpikir juga hikmah dari semuanya, aku berpikir
bahwasanya aku selalu meminta untuk dikumpulkan dengan orang-orang yang
sholeh/ah. Dan aku merasa bersyukur dipertemukan dengan mereka. Terima kasih
ya, dan maaf kalo aku belum bisa terbuka dan belum menjadi diri sendiri di
sekolah karena adaptasiku yang tak mudah.
Sepanjang perjalanan
aku merasa malu pada Allah dan aku terbuai akan cintaNya. Allahku, maafkan dan
ampuni hambamu ini yang masih suka egois dengan rencana yang dibuat, dan masih
suka kesal kalo rencanaku tak sampai, dan ternyata rencanaMu jauh lebih indah
dibalik rencanaku yang tak seberapa. Ampuni hambaMu ini yang so tau ya Rabb.
Semoga aku bisa lebih belajar dewasa dalam mengambil hikmah.
Aamiin
Jazakumullohu khayran katsiron
Tidak ada komentar:
Posting Komentar