Sejauh apapun memandang, semenjak butiran rasa masuk ke dalam jiwa ini percayalah tak ada perasaan sesakit menjauhi. Entah ini wajar atau tidak wajar, dan rasanya lebih baik seperti ini untuk menetralkan hati. Ketika tau makna ekspresi rasa yang tepat adalah menjaga, percayalah setiap sudut mata memandang sekitar, ia ingin mencari keberadaanmu. Ia diam bukan berarti tak peduli, hanya saja menjaga apa yang seharusnya dijaga. Menjadi tak seperti orang lain yang ditemui olehmu yang bercengkrama dengan lancar saling balas chat dan status, hish rasanya asyik sekali ya dalam berinteraksi selancara itu tanpa tak berpikir apakah ada harap yang tersampaikan atau tidak. Tanpa berpikir apakah ada yang tersakiti atau tidak. Tapi memang kamu tak salah sih karena bukan kewajiban ia untuk marah karena ia bukan siapa-siapa.
Ia
hanya ingin menjaga marwah, menyelamatkan hati yang selalu saja tersakiti dan
pernah ditinggalkan. Keharusan yang rasa dalam hatinya memuncak ingin
bercengkrama tapi ia tolak. Walau kadang ia sangat iri dengan orang lain,
kenapa mereka bisa tapi ia tak bisa? Apa sesusah itu bercanda saat tau tentang
suka? Ah yang Namanya hati, menjaganya memang sangat tak mudah ya.
Terkadang,
ia bukannya tak melihat, tapi ia sengaja untuk tak menatap karena jika ia memandang,
ia takut ada hal yang tak bisa ia kelola setelahnya. Harapannya ada yang
mendahului, tapi harapnya dihempas oleh angin dan tak pernah ia temui lagi.
Sesal? Jelas, adaptasinya tak semudah itu wahai kamu. Tapi mau gimana lagi.
Berinteraksi denganmu hanya menuai rasa sakit apalagi jika ia melihatnya dengan
orang lain dengan lebih dekat dan ia terbiasa saja. Sakit? Pasti. Karena rasa
tak bisa ditepis hanya sekedar cemburu. Ia harus dihilangkan sampai ia tau,
rasamu sebenarnya untuk siapa? tapi lagi-lagi tak jujur. Benci sekali ia dengan
denialmu itu. Dan kini, ia hanya bisa menyimpannya sampai tau bagian episode
mana denganmu yang terbaiknya. Padahal tinggal jawab agar selesai segala rasa
yang ia harap. Kadang ia berpikir betul tidak yang ia lakukan ini? Sekali lagi,
ia hanya ingin menyelamatkan diri agar tidak tersakiti untuk kesekian kali.
Hanya saja kali ini ia berani berterus terang tapi nyatanya tetap masih merasa
tersakiti. Lukanya masih basah tapi tiba-tiba rasa ini berada.
Kadang, ia ingin menjelaskan bahwa ia akan pergi. Tapi kamu tak pernah sadar bahwa selama ini ia mengagumi tanpa alasan dan tanpa kau tau caranya bagaimana ia mengelola rasa yang tak diingini itu agar bisa hilang jika memang bukan yang terbaik. Tapi, kenapa ia masih ada? Perasaan itu masih saja tersimpan rapih tanpa ingin beranjak pergi. Lantas, bagaimana caranya ini tuntas dengan cara husnul khotimah dan Bahagia. Akan ia tunggu sampai waktunya tiba walau ia harus pergi dulu untuk merelakannya agar harapnya ia taruh pada Sang Pencipta saja. Baik-baik ya. semoga ketemu lagi dengan versi lebih baik sekalipun itu di surga. aamiin