Apa selanjutnya?
By. windaningsih
Bertahan atau pergi adalah sebuah
keputusan yang memiliki resikonya masing-masing.
Jika bertahan hanya akan menuai
kesakitan dan pergi tapi tanpa adanya tujuan, maka menjalani apa yang sudah
Allah takdirkan adalah sebuah keputusan, bukan?
kuharap mereka memahami maksudnya.
Aku berada pada fase usia
menjelang 30-an dengan kondisi merasa belum menggapai apa-apa. Pernah frustasi
karena melihat orang lain di usiaku sudah mencapai kesuksesan yang tiada terhitung
jumlah prestasinya. Sedih? Pasti. Kecewa sama diri sendiri? Sangat pasti. Tapi kembali
lagi dengan kondisi situasi sembari menyelami keadaan, harusnya banyak sekali
rasa syukur yang kuraih. Dan pada akhirnya diri menyadari kurangnya hal itu.
Sempat suatu Ketika aku bertanya
pada Sang Murobi tentang kondisiku saat ini, dan beliau menjawab “Quarter Life
Crisis” katanya. Aku yang baru mendengar istilah itu sangat penasaran arti dan
maksudnya, kemudian beliau seperti memahami eksrepsiku dan mulai menjelaskan “kondisi
di mana seseorang merasa kecewa dengan hidupnya, tidak mempunyai tujuan hidup,
dan tidak mempunyai motivasi hidup” ucap beliau. Aku mulai menerka dalam diri
kemudia melanjutkan menyimaknya lagi “setiap orang mempunyai dan akan
mengalamni fase ini. Fase bosan, tidak pernah puas, dan merasa ingin terus
mencapai agar sama valuenya dengan orang lain. Ini fase akan berbahaya jika
tidak langsung diarahkan dan disadarkan.” Jelas beliau. “ lalu, bagaimana caranya
the agar bisa keluar dari fase ini?” tanyaku.
Beliau menyungging senyumnya lalu
mulai menjelaskan “Buat rutinitas atau hobi yang disenangi, buat
sebanyak-banyaknya karya. Anti kan sudah ada di lingkungan yang baik dengan kondisi
yang baik pula, tinggal mengembangkan potensi yang ada dalam diri anti. Dan yang
paling utama adalah bersyukur atas apa yang sudah Allah beri saat ini. Temen-temen
yang saling support, lingkungan yang baik itu tidak semua dapati” jelas beliau
yang membuatku mulai berpikir lebih jauh dan terharu akan kata-katanya.
Dari hal itu aku mulai tersadarkan
banyak hal bahwa setiap orang punya jenjang dan masanya masing-masing. -----
Kita tidak pernah tau masa di
depan kita seperti apa. Kita mungkin bisa saja berencana dengan sejuta asa tapi
jika jalannya bukan itu, mana mungkin kita bisa menggapainya. Rasanya diri ini
sudah tidak sangat berambisius pada dunia, merangkai sejuta rencana tanpa
adanya kepastian yang nyata atau pada akhirnya kita harus menyerah dengan pilihan kita.
Jika ditanya, sekarang di usia
yang tidak lagi belia, mau meggapai apa? Sempat sedih dengan kata-katanya tapi tiada
guna menyesali karena memang sudah sampai pada titik ini, fase ini. Jawabanku saat
ini adalah menyerah dengan rencana dan menjalani yang sudah Allah beri. ^^
Pada akhirnya, berpasrah adalah
ujungnya walau masih berharap Allah tak mengambil nikmatnya bersyukur atas semua yang terjadi dalam diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar