Sabtu, 18 Mei 2024

Apa selanjutnya?

 

Apa selanjutnya?

By. windaningsih

Bertahan atau pergi adalah sebuah keputusan yang memiliki resikonya masing-masing.

Jika bertahan hanya akan menuai kesakitan dan pergi tapi tanpa adanya tujuan, maka menjalani apa yang sudah Allah takdirkan adalah sebuah keputusan, bukan?

kuharap mereka memahami maksudnya.

Aku berada pada fase usia menjelang 30-an dengan kondisi merasa belum menggapai apa-apa. Pernah frustasi karena melihat orang lain di usiaku sudah mencapai kesuksesan yang tiada terhitung jumlah prestasinya. Sedih? Pasti. Kecewa sama diri sendiri? Sangat pasti. Tapi kembali lagi dengan kondisi situasi sembari menyelami keadaan, harusnya banyak sekali rasa syukur yang kuraih. Dan pada akhirnya diri menyadari kurangnya hal itu.

Sempat suatu Ketika aku bertanya pada Sang Murobi tentang kondisiku saat ini, dan beliau menjawab “Quarter Life Crisis” katanya. Aku yang baru mendengar istilah itu sangat penasaran arti dan maksudnya, kemudian beliau seperti memahami eksrepsiku dan mulai menjelaskan “kondisi di mana seseorang merasa kecewa dengan hidupnya, tidak mempunyai tujuan hidup, dan tidak mempunyai motivasi hidup” ucap beliau. Aku mulai menerka dalam diri kemudia melanjutkan menyimaknya lagi “setiap orang mempunyai dan akan mengalamni fase ini. Fase bosan, tidak pernah puas, dan merasa ingin terus mencapai agar sama valuenya dengan orang lain. Ini fase akan berbahaya jika tidak langsung diarahkan dan disadarkan.” Jelas beliau. “ lalu, bagaimana caranya the agar bisa keluar dari fase ini?” tanyaku.

Beliau menyungging senyumnya lalu mulai menjelaskan “Buat rutinitas atau hobi yang disenangi, buat sebanyak-banyaknya karya. Anti kan sudah ada di lingkungan yang baik dengan kondisi yang baik pula, tinggal mengembangkan potensi yang ada dalam diri anti. Dan yang paling utama adalah bersyukur atas apa yang sudah Allah beri saat ini. Temen-temen yang saling support, lingkungan yang baik itu tidak semua dapati” jelas beliau yang membuatku mulai berpikir lebih jauh dan terharu akan kata-katanya.

Dari hal itu aku mulai tersadarkan banyak hal bahwa setiap orang punya jenjang dan masanya masing-masing. -----

Kita tidak pernah tau masa di depan kita seperti apa. Kita mungkin bisa saja berencana dengan sejuta asa tapi jika jalannya bukan itu, mana mungkin kita bisa menggapainya. Rasanya diri ini sudah tidak sangat berambisius pada dunia, merangkai sejuta rencana tanpa adanya kepastian yang nyata atau pada akhirnya kita harus menyerah dengan  pilihan kita.

Jika ditanya, sekarang di usia yang tidak lagi belia, mau meggapai apa? Sempat sedih dengan kata-katanya tapi tiada guna menyesali karena memang sudah sampai pada titik ini, fase ini. Jawabanku saat ini adalah menyerah dengan rencana dan menjalani yang sudah Allah beri. ^^

Pada akhirnya, berpasrah adalah ujungnya walau masih berharap Allah tak mengambil nikmatnya bersyukur atas semua yang terjadi dalam diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar