Ada hal menarik yang membuatku geleng-geleng kepala di tempat
aku ngajar di salah satu sekolah berbabsis islami yang ada di Cirebon. Hal pertam
yang kutemui, ketika memasuki kelas X karena aku mengajar prakarya di sana jadi
aku memerintahkan mereka untuk membuat satu buah karya perkelompok. Ada satu
orang yang bertanya yang membautku kesal “Ibu, boleh ga kita buat buket?” tanya
murid laki-laki dari kelompok A. “ada nilai ergonomis/fungsinya tidak?” tanyaku
balik. Karena percuma membuat karya tapi tidak ada arti dan maknanya kan?
“hmmm, ada buuu” jawab salah satu dari mereka. “apa?”
tanyaku lagi. “buat lamar Ibu boleh enggak?” sontak teman-teman yang lain memandangnya
dengan penuh kaget dan heran begitupun denganku, dan kutau ia bercanda, tapi
bercandanya tidak lucu dan membuatku kesal “astagfirulloh anak iniii,, enggak
boleh, ganti jangan buat itu, ibu gaakan terima karyanya kalo kalian tujuannya
ga jelas dan gaada nilai fungsi yang sesuai.” Jawabku sambil sedikit ngegas. “ibu
kan gatau yang Namanya jodoh mah” jawab amurid laki-laki itu lagi. “ga boleh ya
bageur soleh pinter” jawabku lagi. Ada-ada saja mereka wkwk.
Hari-hari berikutnya aku pernah masuk ke salah satu kelas
XII saat mengawas ujian. Karena aku baru pertama kali masuk jadi mereka tau bahwa aku adalah guru
baru. Ada yang mengatakan aku bu haji, ada yang mengatakan ini itu, tapi aku
hiraukan dan ga peduli dengan ucapan-ucapan aneh mereka yang penting focus sama
amanahku saat itu. Tiba-tiba dari murid perempuan ada yang bertanya “bu, Ibu punya
anak cowok ga?” tanyanya yang membuatku kaget wkwk. “punya, banyak” jawabku
singkat. “anak cowo ibu murid-murid Ibu di sekolah” jawabku singkat. “kamu mau
pilih mana?” tanyaku padanya. “ih enggak bu” jawabnya malu-malu wkwk. Hal kedua
yang membuatku kaget dan geleng-geleng kepala lagi saat aku masuk ke kelas XII
lagi dengan kelas yang berbeda saat mengawas ujian. Seperti biasa karena aku
orang baru pastinya mereka sangat penasaran denganku, ada yang menanyakan tentang
nama dan rumahnya di mana, dan lain-lain. Tiba-tiba ada juga yang nyeletuk “bu,
Ibu mirip Ning Laila” what? Wkwk “iya, tapi Ibu mah Ning-sih” wkwk aku yang sebenarnya
tidak tau siapa itu Ning Laila hanya mengucapkan terima kasih saja wkwk. Lalu dari
kelas tersebut di rumah aku cari-cari siapa ning Laila wkwk.
Hari-hari lainnya yang membuatku terkekeh dan geleng-geleng kepala
lagi adalah saat aku mengajar di salah satu kelas XI, kemudian ada yang minta
untuk ketemu sebentar yang katanya penting. “Bu, punten itu ada yang mau ketemu”
kata salah satu murid putri. “oh, iya sebentar ya ibu tinggal dulu” kemudian
aku temui tuh muridnya, ternyata di luar ada dua murid perempuan sambil bawa LKS
dan menghampiriku.
“Ibu maaf mengganggu waktunya, kita mau nanya tentang Gaya
gesek, katanya Ibu jago” pernyataan yang membuatku kaget dan terbelalak dan
ingin tertawa mendengarnya. “kata siapa ibu jago?” tanyaku pada mereka “kata
kelas X” Allahu Akbar! Seketika aku pikir-pikir apakah aku pernah mengajarkan
IPA di kelas X dan tak kutemui satupun di memori aku pernah ngajarin IPA ke
mereka. Allahu Rabbi apa lagi ini wkwkw. Dengan professional aku pun mengatakan
pada mereka “punten ya neng, Ibu tuh ga jago IPA bahkan Ibu bukan pengajar IPA,
sepertinya ada misskom antar kelas X nya. Tapi emang mau nanya apa tadi”
jawabku sambil pura-pura menenangkan diri padahal syock wkwk. “ini bu contoh
gaya gesek” ucapnya dan membuatku langsung teringat bu saroh, guru IPA di
Mutiara Ummah tempat aku dulu mengajar. Bu Saroh tolong aku wkwk “ohh contoh
gaya gesek setau ibu aja ya, setau ibu mah kalian naik mobil atau motor terus
ngerem nah itu ada gaya geseknya, terus kalian mindahin kursi atau meja dengan
digresek itupun ada gaya gesek, pun saat kalian jalan kaki pake sendal dengan tidak diangkat
kakinya itu pun ada gaya geseknya” jawabku yang mudah-mudahan bisa menjawab
maksud mereka wkwk. “oh iya bu, makasih ya bu” lalu mereka pergi. Bu Saroh,
terima kasih, aku teringat saat bu saroh mengobrol tetang gaya gesek kala itu,
terima kasih ya Allah sudah membantuku mengingat memori bersama bu saroh wkwk.
Ada lagi, saat aku sedang menunggu jam ngajar d kantor, aku
didatangi juga oleh anak perempuan dua orang tapi dengan orang yang berbeda. “ada
apa ya?” tanyaku sambil menyunggingkan senyuman. “Ibu kita mau nanya stunting
hehe” kata salah satu di antara mereka. “ha? Stunting penyimpangan bukan?”
tanyaku yang pura-pura tau tapi sempat denger sih. “iya bu” jawabnya. “oh
sebentar ya takutnya ibu salah” aku pun mencoba mencari tau “oh ya, stanting
itu lebih ke kondisi sesorang yang berbeda dengan yang lainnya karena kurangnya
gizi” jawabku kepada mereka. “oh iya bu makasih ya bu” jawab mereka lalu pergi.
Dari sanalah aku merasa bahwa menjadi guru harus siap jadi
apapun. Wkwk