Rabu, 20 September 2023

Kak,

 Kak,


seorang adik katanya akan sangat merindukan saudaranya kala jauh.


Dan yang dirindukan bukan hal yang indahnya tapi justru berantemnya. Bener ga?


Begitupun seorang kakak. Yang dirindukan kala jauh tiba adalah rasa kebersamaan saat berantem di rumah. Tapi saat dewasa datang yang dirindukan oleh sesama saudara adalah kebersamaanny saat kecil.

Aneh, tapi ya itulah kenyataannya. Salah satu yang kurasa.


saat ini, aku merasa rindu. Rindu suasana waktu aku kecil, yang selalu jadi anak bawang saat ikut kakak maen dengan teman temannya. Yang selalu menganggap aku hanya anak bawang dan anak bawang. Sampai aku bosan mendengarnya.



aku selalu dikecilkan, dikhawatirkan berlebihan, kurang didengar, sedari kecil 

Aku ingin dikatakan sudah besar waktu itu agar aku tak selalu jadi anak bawang sama seperti kakak-kakakku, tapi kalo maen ada kakakku dan maen dengan teman kakakku tetap saja aku dijadikan anak bawang. Padahal aku sungguh tidak suka dibeda bedakan. Emang dasar anehnya aku.


Hingga suatu saat, aku merasa ada yang aneh hubunganku dengan kakak laki-lakiku.

aku punya kakak laki laki satu orang, tapi dia mulai menghilang saat aku kelas 3 SD. Tidak pernah ada di rumah. Pergi berbulan bulan.

Dan aku mulai rindu.

Awalnya karena dia adalah satu satunya kakak laki laki yang suka ngebercandain dan ngertiin. Jadi saat dia tidak ad, wajarkan aku rindu. Iya! mencari cari tapi tak pernah ada jawaban pasti waktu itu. 


Hingga suatu ketika aku diajak pergi rombongan dengan keluarga besar menuju ke _pengalengan_. Masih teringat rasanya aku _shock_ dan kagetnya mengetahui bahwa kakaku menjadi seorang TNI AD. 


Antara mau bangga tapi ga enak ditinggalin terus adeknya, dan juga sedih karena ga akan bisa kayak dulu lagi dekatnya. 


Jadi, aku hanya mengikuti alurnya. 

Yang dulunya dekat, kini kita berjarak.

Yang dulunya suka nyuruh² aku makan banyak, sekarang sekedar bertemu saja sangat jarang menanyakan kamu udah makan belum, mau makan² ga, blabla sepertinya ketidakmungkinanny besar.

Yang dulunya dekat, kini hanya untuk bertanya hallo apa kabar saja? Sangat jarang atau bahkan jika ada perlunya saja. Sedih banget kan?

aku merasa tak punya kakak laki laki semenjak saat itu. Itu pernyataan yang harus dihapus, tapi benar, bahwa aku seperti kurang kenal dengan kakaku sendiri. Parah banget kan, adek macem apa katanya. Yang aku tau sosok laki laki yang sebenar-benaranya adalah bapaku sendiri. Karena beliau yang menemaniku dari kala kecil sampai aku dewasa khususnya di rumah. Walau sebenarnya aku takut pada beliau karena ya beda y antara bapak dan kakak itu hehe


Bapak, kasih sayangnya yang tak terbilang dan tak ada batasnya, walaupun beliau juga otoriternya dan egonya yang ma sya Allah tapi kalo udah urusan tentang mau ngasih sesuatu ke anak itu tak pernah semena mena dan pasti akan ngasih yang berkualitas.


Sayangnya beliau tipe yang keukeuh, jadi kalo kita gaada yang mengalah kalo lagi memperdebatkan sesuatu ya terus weh sampe pada titik ada yang harus mengalah.

Tapi bapak itu keren, bisa mengajarkan banyak hal untuk dijadikan contoh.

Tiada kalahnya dengan yang lain.

Bapak itu segala bisa dan tidak pantang menyerah. Contohnya saja membenari apapun jika beliaunya moodnya baik dan sesang tidak lelah pasti terselesaikan dengan rapih.

itu bapak, 

Kalo kakaku sama² pejuang juga sih, tapi kakaku itu kegaenakannya sangat tinggi, padahal ia laki-laki ya katanya tidak ingin merepotkan banyak orang.

Tapi aku bersyukur karena bisa merasakan kebersamaannya di waktu kecil walau hanya sebentar.


Kadang, aku insecure dengan cerita teman²ku yang punya kakak laki laki dan sayangnya sangat luar biasa, ketika lagi sakit kakak²nya suka nanya kabar terus, menanyakan mau makan apa dan sebagainya. Mau dijemput ga ketika pulang, mau beli apa, dll.

Bagiku, itu ilusi yang suatu saat nanti mungkin bisa saja terjadi. Tapi entah kapan.

Dulu pernah tapi itu hanya sepintas tidak menjadi rutinitas. 


Ternyata, aku haus perhatian yang padahal di tempat kerjaku aku dituntut untuk perhatian dengan sekitar. Ya, menjadi tim pengasuhan yang tiap hari mengatur, mengontrol, dan membantu masalah anak², baik itu sakit atau masalah dengan teman²ny.


Ada suatu kisah yang membuatku sadar akan pentingnya sentuhan dalam pengasuhan.

Teringat dengan jelas memori di suatu malam ba'da magrib hari kamis, setelah aku dari Masjid, aku dengan senangnya membuat target ke kamar mau mengambil tempat makan dan mau mengambil makan di dapur karena perutku sudah keroncongan. Untuk mencapai kamar kontrakku, aku harus menaiki dulu beberapa tangga. Sesampainya di depan kamar, aku melihat santri perempuan sedang menunggu, katanya menungguku, ingin bertemu denganku. *deg! rasa senang yang beberapa menit lalu hilang seketika, rasa laparku aku singkirkan dan dalam benakku berkata "ini pasti ada apa²".

ku dekati ia sebagaimana mestinya seorang pengasuh. kutanya ada apa dan ia menjawab "Ibu, boleh aku peluk?" 

aku pun menjawab iya.

Seketika ia menangis sangat terisak dan tersedu dalam pelukanku. 

aku yang bingung harus bagaimana karena tidak punya pengalaman banyak dalam menangani masalah pertemanan, hanya bisa mengelus dan memintanya untuk terus berdzikir agar tenang.

Ada sekiatar 15 menit lebih santri tersebut memelukku. 

aku merasakan detak jantungnya yang sedih, nafasnya terengah² karena terisak menangis. 

Dari sana, aku belajar cara menenangkan orang dengan pelukan. A

aku jadi teringat perkataan seseorang tentang pengasuhan bahwa ada seseorang yang hanya untuk menenangkannya dari masalah itu dengan pelukan dan aku menemukannya pada santri tersebut. 

Kepada diriku yang jelas² pengasuhannya tidak seperti itu. 


Sangat bertolak belakang kan dengan kepribadianku.. tapi baiknya Allah itu membuatku jadi banyak belajar tentang kepekaan, perhatian, kepedulian, walau itu berbeda banyak derajat dengan kepribadianku. 


aku ingin mengatakan terima kasih kepada kakakku yang selama ini sudah banyak mengajarkan arti kehidupan,

yang sudah banyak berkorban untuk adik-adiknya, yang sudah selalu membersamai dan menemani di kalah susah dan putus asa.

Dan terima kasih pada orang sekitar, yang membelajarkanku tentang kepekaan.

Mudah-mudahan kita bisa berkumpul kembali ya di syurga. Aamiin

Minggu, 10 September 2023

Tak bisa marah


Rasanya tuh ada sesuatu yang terpendam dalam hati

 yang ingin dilampiaskan, tapi ketika ingin diucapkan, batu.


Sesuatu itu menjanggal sangaat menjanggal tapi ketika diungkapkan, bahaya.


ingin ku minta bantuan bulir bulir embun 

mendinginkan emosi dengan rangkulannya

Agar tidak meledak seperti bola api.


Hari ini. Terjadi kembali kesalahpahaman yang harusnya tak berujung kekesalan.


Ah sudahlah

Biarkan semua mengair apa adanya

Biarkan kesal itu ku pendam diam

agar tak ada yang terluka


21.30

Jumat, 08 September 2023

Hujan di Bulan September

 Hujan di Bulan September

08 September 

Jumat ini , Jatiroke tepatnya di kaki gunung geulis di landa  hujan di sore hari.


Tanah yang menunggu sedari kemarin kemarin akhirnya sore ini Allah berikan hujan untuk menyegarkan.


Cuaca mendung dari kemarin membuat penikmatnya berharap akan ada hujan tiba 

Dan Alhamdulillah atas izin Allah, hujanpun turun di sore ini. 

Jumat yang berkah, senyumku hari ini.


Tepatnya sore tadi saat aku diamanahi untuk membantu mengetes dzikir anak anak kelas 8 di Taman Netral. 


Tiba-tiba guyuran rintik hujan setitik demi setitik turun membasahi bumi. Mengagetkan bumi yang sedang rindu hujan udh beberapa bulan.


orang orang pun bergeliat kaget dan sontak yang mempunyai jemuran segera berlari untuk mengamankan jemurannya.


Segar, sejuk rasanya.

Bahagia itu sederhana, walau ternyata hujannya hanya sebentar tapi sudah bisa membuat tenang dan segar suasana di sekitar.


Mudah-mudahan setelah hujan ada pelangi untuk mewarnai bumi,

Mudah-mudahan setelah hujan, merekahkan senyum siapapun itu yang sedang dilanda lara.

Mudah-mudahan ada kabar baik yang hendak disampaikan melalui rintiknya.

Hujan, rindu kami padamu sejak bersekian juta detik yang lalu.

Berharap kau datang membawa kebaikan.

Terima kasih sudah datang, walau hanya sekedar menyapa.


Alhamdulillahi bini'matihi tatimmusholihaat.

Kamis, 07 September 2023

Hal Kenyamanan


Bahagia itu katanya kita sendiri yang buat, bukan melulu menunggu orang lain agar kita bisa tertawa.


Sama halnya sehat, kita sendiri yang bisa menjaga bukan melulu merusaknya dengan terus terusan memakan makanan yang tak sehat.


Begitu juga kenyamanan kan?

kita sendiri yang buat, bukan malah menuntut semua keadaan harus sesuai yang apa kita inginkan. Gaakan ketemu solusinya.


aku sudah lama bekerja di tempat pendidikan, dengan problematik yang sama sama tiap tahunnya, dengan segala macam keramaian dan keragaman karakter masalahnya, dengan kebosenan tiap saatnya, dan akhir akhir ini dengan begitu banyak ketidaknyamanan yang kubuat sendiri.


aku merasa kalah saat ini. Pasalnya, aku tak bisa begitu menang mengondisikan hati saat ini. rasanya tuh kalah mulu, baik dari ngondisi manaj ibadahnya, waktu untuk ngelakuin sesuatu yang diinginkan, bahkan sampe memperhatikan anak anak yang harusnya menjadi sangat tanggungjawabku bahkan jadi teladan bagi mereka saja aku masih kalah. Belum bisa menaklukannya. Ah dasar payah sekali bukan ;(


jujurly, aku sangat keberatan saat amanah itu datang dan diberikan kepadaku. Rasanya tuuuh isi hati dan kepala bercampur aduk mencari cara bagaimana menolak yang bisa dengan mudah disetujui. Tapi sampai saat ini nihil ;(


sudah dengan berbagai cara kulakukan untuk menghentikannya, tapi belum jua menuai hasil padahal diri ini rasanya sudah tak sanggup lagi, sungguh :'(

Rasanya tuh capek ya harus tiap hari bekerja, ahad tak ada liburnya, hari hari biasa digunakan dengan sebegitu padatnya, apalagi ditambah acara acara tertentu yang harus dikelola panitia. Aahh tak terbayangkan rasanya. Memang kalo dipikir-pikir wajar g sih kalo suka mengeluhkan capekny? ;'(

Tapi kalo inget kalimat dari Buya Hamka itu rasanya sangat tertampar sekali yang mengatakan bahwa..

"Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah" dan kata kata yang terngiang dari seseorang bahwasanya "Istirahat yang sesungguhnya tuh di Surga, nikmati saja kita di dunia, jangan terlalu terobsesi dunia nanti akan dapat sakit dan kecewa" atau kalimat dari postingan Ig seseorang yang mengatakan bahwa 

"Ada orang yang merasakan benci dengan hidup padahal jelas Allah tidak memintanya untuk mencintai hidup, tapi mencintai Allah, agar hidupnya bahagia" 

Jleb aaaaargh rasanya ingin berteriak ;"(

hati tuh rasa ditampar dan otak tuh disuruh mikir dan sadar. Tuh rasakan wind :(


Memang, perasaan itu kita sendiri yang buat, kita sendiri yang bisa merasakan. Sebanyak apapun kita bercerita kepada orang tapi itu hanya wadah sepersen kecilnya dibanding yang merasakannya sendiri. Ya yang tau sebenarnya hanya kita sendiri dan Allah tentunya..


aku tau ya Rabb, harusnya aku banyak mengambil Ibroh dari amanah ini, harusnya aku mengambil banyak banyak pelajaran dari amanah ini, harusnya aku banyak bersyukur dengan amanah ini. Aah rasanya susah sekali. Astaghfirullah maafkan diri ini y Rabb ;(


Mungkin ada orang yang merasa iri denganku, tapi rasanya dia tak mengerti bagaimana kondisinya. Melihatku yang merasa tenang tenang saja dengan upah besar menurutnya dan kerja yang gitu gitu aja dan bandingan yang lain lainnya.


aku tak suka pandangan itu, toh mereka juga sama tak suka dibandingkan bukan? tapi kenapa suka membandingkannya kembali. Tak ngerti aku..


Jika memang ingin berganti peran silakan, aku sangat senang. Justru ini bukan inginku. 

Mereka tidak memahami kondisi hatiku, mereka juga tak tau kondisi keluargaku, mereka juga tak tau kondisi perasaanku, ah ingin rasanya aku mengatakan bahwa kita sudah punya porsinya masing masing dan sudah disesuaikan oleh Allah kepada siapa beban yang harus dipikul. :(


Harusnya memang, kita menerima saja apa apa yang sudah kita pilih, apa apa yang sudah kita lakukan untuk tetap bertahan dan menetap di tempat ini. Toh ini pilihan kita kan?

tapi ya itu, susahnya adalah kita masih ada hal hal yang belum bisa kita terima dan tak mau menerimanya, padahal kalo diflashbacak ini adalah pilihan kita sendiri. 

Sebegitu kurang syukurnya kah? astaghfirullah maafkan diri ini y Allah ;(

Benar peribahasa mengatakan rumput tetangga selalu lebih hijau daripada kepunyaan sendiri. Lagi tentang syukur :(


Itulah hal hal yang membuatku tak nyaman, dengan banyaknya problematik yang ada dan akunya belum bisa menaklukan hati sendiri untuk tetep tenang dan selalu tenang tapi tetep saja tergoyahkan. 

Wahai hati, berdamailah, tenanglah. Allahu Rabbi, Bantu aku untuk bisa menaklukan diriku agar tak selalu merasa benci dan iri dengan orang lain.

Bantu aku untuk bisa menyelesaikannya, untuk bisa mengalahkan rasa takut dan mengusaikanny dengan cara yang baik.


Entah sampai kapan lagi, tapi yang kurasakan saat ini, kenyamanan itu merambat hampir ke ujung akarnya.


Mudah mudahan Allah menjaga kita semua. Aamiin

2020-2023)

Pinta Keadilan

 Pinta keadilan.


Udara saat ini sepertinya sedang peralihan, dari kemarau ke dingin. Angin malam yang begitu dingin bisa saja merasuki hati yang lemah jika tdk bisa dijaga.


aku masih tidak mengerti tentang bagaimana orang memandang angin malam yang dingin ini.


bisa jadi tidak suka bagi yang imunnya rendah bisa jadi juga suka yang membutuhkan kesejukan.


Seperti orang memandang diri kita, pasti ada yang suka dan tidak suka.


Kita tidak bisa selalu meminta atau menuntut orang lain semuany menyukai kita, capek kalo melulu ngurusin hal tersebut.

Mending kita nikmati hidup dengan enjoy kata bapak kalo aku bercerita padanya.


Ah rasanya selalu sakit dan sakitt hatinya jika kita terus terusan mengurusi orang lain yang pada kenyataannya mereka pun tak letih letihnya untuk mengkiritiki. 


Benar kata Aa gym bahwasanya yang namanya ngarep ngarep ke orang agar berbuat baik lagi ke kita itu mustahil jika tak ada kecewa, jika mereka selamanya bernuat baik mustahil kenapa? karena dari ngarep ngarep itulah kita diuji dan dikasih pelajarannya bahwa kalo mau berbuat baik yaa karena Allah aja, bukan kerana orang lain.

Toh yang bakal bales itu Allah. Allah sebaik baiknya penolong bukan manusia. 


Teringat juga perkataan beliau bahwa derajat paling tinggi dalam berteman itu adalah kita udah berbuat baik ke orang, terus orangnya ga berbuat baik ke kita dan kita tetep berbuat baik ke orang tersebut. Itu udah kereen sek keren kerennya banget ma sya Allah. Mudah mudahan kita bisa jadi yang seperti itu itu ya. Aamiin y Rabb :(


Bukannya malah sibuk untuk selalu membalas keburukan, mengkritiki seseorang tanpa adanya solusinya.


Seperti angin malam akhir akhir ini. Rasanya tuh kasian jika kita lebih banyak menyalahkannya sedangkan kita tidak mau berintropeksi dan mencurigai diri kita sendiri ketika sakit melanda. Bisa jadi juga karena makan kita, karena kebersihan kita, dan karena karena lain yang memang kita sendirinya yang tidak menjaga.


Yang tak dimengerti sampai detik ini itu adalah, orang merasa dihakimi, tidak mau dihakimi, sedangkan dirinya pernah menghakimi orang lain dan mengklaim orang lain tanpa mau untuk ditanyakan langsung atau tabayun langsung kepada orang tersebut.

Sedih g sih?

sedih banget.

Ya, walaupun aku sendiri pernah merasakannya, tapi entah kenapa rasanya sedih aja jika terus terusan tertimpa dan melihat yang ditimpa seperti itu. Jadinya bukankah itu sama saja seperti sama sama tidak mau kalah dan sama sama menyalahkan? Tanpa tau sesungguhnya. Tanpa mau mencurigai diriny sendiri dahulu.

Bisa jadi ada komunikasi yang belum baik dan tidak ada salah satu yang mau mengalah dan memperbaikinya. Lantas, harus bagaimana? 

aah tak tau ;(


Yang satu ingin minta keadilan dan yang satu ingin minta diadili dengan bukti.


aku tak tau harus bagaimana. Yang bisa kulakukan hanyalah mendoakan mereka.


Mudah-mudahan Allah berikan jalan terbaiknya ya..

Aah y Rabb, lindungiku dari hal hal yang tak baik, dari segala macam penyakit hati, dari pundi pundi iri, sombong dan dengki, dari kejahatan yang merajalela dan dari kematian su'ul khotimah. 

Aamiin 🤲🏻

(2023)

Selasa, 05 September 2023

kisah aneh tentang benci

 _Membenci Perasaan Sendiri_


Entah dimulai dari bulan apa munculnya, yang jelas tak sempat untuk disapa dengan kata halo atau hai. Tiba-tiba saja muncul. Tidak sopan.


Pernah ga sih lahir sebuah perasaan yang tiba-tiba mengguncang isi hati dan melenakan jiwa? Padahal tak ada niatan untuk merasanya. Tak ada niatan untuk mengagumi. Tak ada niatan untuk menyukai. Kejamnya sebuah nafsu yang melenakan mata dan hati agar terbersit rasanya mengagumi. Iya, kejam.


Tapi kali ini aku lebih menyadarinya. Kali ini aku merasa membencinya. Ingin rasanya aku sangat membenci, ingin sekali. Pasalnya adalah ada orang lain yang mungkin berhak mendapatkan perasaan itu. Orang yang tiap kali dalam rantaian kata cengkaramanya bersinar matanya saat menceritakan tentangnya. Ternyat, ia menyukainya. Ah, ingin sekali aku alihkan rasa ini menjadi benci. aku tak ingin ada yang tersayat kembali. aku tak ingin orang lain terkena lukanya gara-gara sebongkah rasa ini.

aku tak ingin menyakitinya.

Lagi-lagi aku berpikir "apa yang membuatmu kagum padany?" aku pikir-pikir lagi, nihil.


Ya, dia baik, tapi ke semuanya.

Ya, dia parasnya memang lumayan menawan, tapi ada saat di mana melihatnya hanya seperti layaknya pria biasa. 

Ya, dia memang peduli dan peka, tapi itu ke semuanya. Dan ada momen dia menahan itu hanya karena kebingungan harus berbuat apa.

Ya, dia Sholeh jika dilihat dari sholat 5 waktunya yg tak lepas untuk tak pergi ke Masjid.

Ada momen ketika aku melihat kekurangan yang ada pada dirinya hanya sebatas bahwa setiap org pasti punya kekurangan, punya kelebihan masing-masing.


Lantas dari mananya kata dalam rasa itu muncul?

entahlah. aku sendiri bingung.


Hingga suatu ketika Allah sentil diriku untuk tidak terlalu dan melulu membiarkan rasa itu muncul dengan kabar yang sangat mengejutkan.

Kabar yang mengiris hati kesekian kalinya. Dan aku sudah menebak ini akan terjadi untuk menguji hatiku yang lemah dalam hal ini. 

Astaghfirullah maafkan hambamu ini ya Rabb.


kabar bahwasanya dia dekat dengan salah satu teman sejawatku. Mengatakan bahwa dia akan dijodohkan dengannya itu membuatku _shock_ dan dijatuhkan sejatuh jatuhnya. Allah mungkin cemburu karena hambanya terlalu berharap pada selainnya.

Astaghfirullah maafkan aku ya Allah.😥🙏🏼


Dari sana, aku tersadar, bahwa tak bisa kita selamanya menuruti hawa nafsu kita.

Dari sana, aku semakin membenci perasaan sendiri. Sangat membencinya bahkan ingin sekali membunuhnya dengan pisau yg sangat tajam agar patah sekalian sepatah-patahnya.


aku tersungkur kembali, terisak dan rasanya ingin hatiku berteriak. Selebai itu memang ketika patah hati. Jika sudah melewati rasanya geli sendiri tapi saat sedang merasakannya boro-boro memikirkan itu lebai atau tidak karena ya itu perasaannya.

Padahal ini bukan pertama kalinya, ah dasar akunya yg suka berharap pada orang. Berkali kali Allah tegur kenapa tidak jua sadar ya wahai diri. Astaghfirullah maafkan hambamu ini y Rabb..


doa adalah salah satu jalan terbaiknya, menangis dengan meminta dalam sujud adalah kehangatan rasa tenang saat itu. Sangaat menenangkan..

Meminta yang terbaik, meminta diberikan petunjuk, dan meminta agar dihilangkan rasa harap pada orang yang salah.

Ah dasarnya manusia banyak sekali pintanya. Mudah-mudah tidak akan menghentikan rasa nikmatny doa kepada Allah Azza Wa Jalla.


Perihnya senja tergantung bagaimana cara pandang yang memandangnya. kali ini senjanya sudah redup, langit menjadi gelap mengartikan bahwa malam telah tiba. 

tapi malam itu Alhamdulillah masih ada bintang-bintang yang mewarnai. Tapi kali ini bintangnya agak jauh sampai susah untuk digapai oleh mata sendiri. Ya, mendung.


Beberapa hari itu aku mencoba untuk terus menata hati, menyibukkan diri dengan aktivitas yang ada, gapapa walau sendiri, gapapa asal hati terjaga dari ingatan ingatan menyakitkan itu.

Parahnya kita ditakdirkan dalam satu juang yang sama, yang di mana pasti ada saja parti bertemu entah dalam episode apa.

Sempat terbesit dalam pikiran "apa aku pergi saja?" Tapi hati masih menunda sampai detik ini.

tiap kali bertemu 2 teman dekatku yang selalu bersama itu aku harus terus menata menata dan menata agar hati terjaga, tidak ternoda, dan terus berhusnuzon dengan jiwa sendiri. Susah ya ternyata, rasanya membohongi diri sendiri itu. Hmm tapi jiwa ini harus kuat, dan yang bisa menguatkan ya diri sendiri.


Lambat laun, selain aku terus meminta petunjuk yang terbaiknya dan agar dihilangkan perasaan yang salah ini, aku pun mencoba untuk tetap tegar, tetap tersenyum dan tetap menjaga apa-apa yang sudah aku rasa saat itu. Ah pokonya komplikated banget duniaku wk.


Pernah suatu ketika, ketika aku sedang mencari sebuah jawaban, dia hadir dalam mimpi entah untuk apa. Padahal sangat ingat betul dalam otakku bahwa sebelum tidur tak ada sedikitpun terbesit tentangnya, tak ada sedikitpun aku mengingatnya. Lantas, untuk apa ia hadir? menyebalkan bukan?


secercah harap sepertinya datang mulanya dari mimpi. Mimpi yang belum tentu jawaban tepatnya. Hingga akhirnya Allah uji aku dengan komplikatednya warna rasa yang pada akhirnya aku terjatuh kembali dan ingin menyerah dan membuang jauh jauh rasa harap itu.


Berpikir ulang bahwa diri ini jua bak tak layak, banyak kekurangan diri yang masih harus diperbaiki.


Kemustahilan-kemustahilan tersebsit saat mendengar kabar mengejutkan.


Sudahlah, mungkin saatnya aku untuk selalu berhati hati dalam menetapkan rasa. Tidak sembrono memasukkan nama orang dalam hati apalagi hanya sekedar mengawang-ngawang apakah ia? apakah ia? Hati² itu hanya jebakan syetan semata.🍃


Lambat cepat, Allah pasti akan memberikan petunjuk terbaiknya.


Dari mulanya mimpi, aku belajar bahwa sebuah jawaban itu tidak selalu melulu berasal dari mimpi. Tapi dari bagaimana Allah memudahkan dan meyakinkan bahwa apa-apa yang kita jalani ini adalah yang terbaik versi Allah.


Allahu, bimbing aku untuk selalu berada dalam taatMu.

Bimbing aku untuk tidak terlalu berharap pada apapun itu.


Hanya kepada Engkau kucurahkan seluruh isi doa yang sebenarnya.


Engkau sebaik-baiknya penolong dan Engkau sebaik-baiknya yang mengetahui isi hati.

Bimbing hamba untuk bisa menjaga hati dari penyakit penyakit yang melenakan akhirat. 


aku ingin menjadi seperti Fatimah R.a yang bisa merahasiakan rasa sampai saatnya telah tiba. Dan ternyata tak mudah wk

Laa hawla walaa quwwata Illa billah 🍃

(2023)

Sabtu, 02 September 2023

Datang kembali harapan itu

 

Bismillah

Merana diterpa angin malam yang dingin.

Kejadian untuk kesekian kalinya, merasa sendiri, membenci sendiri, dan sembuh sendiri.

Entah ada apa dengan diriku ini,

Lagi-lagi Allah uji aku dengan kelemahanku, merasa orang perhatian padahal tidak, merasa orang ada rasa padahal tidak. Dan yang lebih sakit adalah merasa orang mencintai padahal ia menyukai temannya sendiri.

Entah ini episode keberapa, tapi memang jika sudah diuji begini adalah hal yang paling menyakitkan yang akan berujung pada kehilangan, kehilangan perasaan yang akan ada korbannya, entah itu ada yang meninggalkan atau ada yang ditinggalkan.

Aku juga tidak tau, kenapa sampai saat ini aku selalu diberikan kepekaan perasaan yang sangat mandalam, sehingga siapapun yang berbuat baik aku mengira mereka menyukai, mereka akan selalu baik, bahkan tidak akan menyakiti. Apalagi berurusannya dengan lawan jenis. ora bahaya tah?

Kalo boleh jujur, ini lagi-lagi aku terjebak oleh rasa harap yang salah.

Yang harusnya aku olah menjadi sebuah bunga yang indah yang disirami setiap harinya, ini malah menjadi bunga tapi layu dan terhempas gugur diterpa angin melandanya. Aah rapuh sekali bukan?

Iya, jika kau ingin tau kelemahanku di mana, itulah. Di perasaan. Aku diciptakan dengan tipe yang sangat perasa, mungkin tidak hanya aku, tapi aku adalah salah satunya. Yang di mana Ketika ada orang yang berbeda sedikit saja senyumnya maka akan aku rasa dia marah padaku, bahkan jalannya saja yang berbeda akan kurasa bahwa ia ada apa-apa denganku. Allah menciptakan orang perasa sepertiku pastinya ada hikmah dan Allah sedang memberikan pelajaran untukku. Hanya saja, dasar akunya yang kadang masih saja tidak sadar dan bahkan terus menangis karena perihnya merasa diri sendiri disakiti.

Kadang aku berpikir kembali, gimana ya caranya untuk menghilangkan rasa harap? Walau itu hanya secuil. Aku mungkin termasuk yang tidak teladan, karena sering menasehati anak-anak didik untuk tidak berharap tapi akunya sendiri diuji sedemikian rupa tentang harapan. Dan lagi-lagi sepertinya Allah lagi ingin ngasih hadiah lagi nih saat ini, mudah-mudahan akunya kuat dan mau bersabar dan kelak bisa mengambil hadiah pelajaran yang Allah berikan. Aamiin :)

2023

Mencari Jawaban

 beberapa hari yang lalu di bulan Juli, ada tragedi yang membuat hati terasa terhimpit dan sesak menelan ludah. Otak harus berpikir keras dan mencari sebuah jawaban dari tragedi itu sendiri. diriku terjebak akan dua hal yang harus segera diatasi. Mungkin, ini cara Allah sedang membelajarkan. Di sisi lain, ada rasa harap sebuah jawaban yang sangat diinginkan itu muncul tetapi rasanya mustahil. dua hal yang tak bisa didefinisan, dua hal yang datang di saat yang sama dan membuat hati goyah. dua hal yang inginnya saat diberikan jawaban tidak melukai hati siapapun. ahh baru kali ini rasanya aku dihadapkan seperti ini.

lagi-lagi ini ujian hati. Memang tahun terakhir aku sedang menyembukan luka harap yang hampir bertahun-tahun tak kunjung hilang, hingaa akhirnya di tahun ini Allah tegur kembali agar daku tidak berharap kembali pada manusia. Namanya manusia pasti khilaf dan juga salah kan ya hehe.

Untuk mencari jawabannya aku meminta pendapat dari beberapa orang terdekat dan tak dapat keputusan, yang ada aku disuruh istikhoroh dan meminta yang terbaik pada Allah agar tidak salah bertindak. Setiap hari aku berpikir, setiap hari aku bertanya, apa jawabannya? tak ada. nihil. Berhari-hari aku mencari tapi tak ada jawaban. Hingga suatu saat akuu bermimpi sesuatu yang merasa bahwa itu adalah jawaban. dan aku menemukan salah satu jawabannya. walau aku tak tau betul atau tidak jawabannya. ah sulit sekali mencari jawaban. aku memilih jawaban dari mimpi itu. 

salahnya aku adalah, lagi-lagi berharap. bukan pada orangnya tapi pada mimpinya. Lambat laun aku melalui hidup seperti sedia kala. mengamati apa-apa yang terjadi sembari berharap mimpi itu jawabannya. ringkikan harapan itu selalu menempel dan Allah sepertinya tidak suka dan cemburu kalo hambanya terlalu berharap kepada selainNya. 

karena aku belum yakin jua dengan mimpi itu, aku pun meminta agar Allah berikan petunjuk pada jawaban tersebut. untuk dibukakan yang terbaiknya... detik demi detik berlalu.... aku merasa Allah satu persatu membuka jawabannya walau aku sendiri belum tau apakah itu jawaban baik atau tidak. 

semoga jawaban itu apapun itu adalah yang baik.

Terima Kasih

wahai diri 


2023

Sendiri

 Hiruk pikuknya dunia tak bisa mengambil keputusan bahwa seorang hamba kesepian. Yang namanya hidup pasti akan merasakan sepi, apalagi hidup merantau yang notabenenya kamu hanya seorang diri di tempat rantau. Harus bisa apa-apa sendiri seperti mencari makan sendiri, nyuci sendiri, makan sendiri, jalan-jalan pernah sendiri, berharap sendiri, luka sendiri, dan menyembuhkan luka sendiri eh.. hihi.

dunia itu unik ya, kalo kita terlena di dalamnya maka akan semakin membuncah keinginan mencintai dunia. pun sebaliknya, maka benar kalo kita tidak boleh berlebihdan dalam menyukai sesuatu. Begitupun dengan kesepian. dulu, dinginnya angin malam yang selalu melanda diri ini ketika berangkat mengaji sendiri membuatku ada rasa takut, rasa minder, gengsi, bahkan merasa bahwa orang-orang tidak peduli. ya, teringat saat aku SMP saat di mana kakak-kakaku udah selesai mengaji di Kiyai seberang selatan, aku sendiri. saat SMP, aku masih mengaji dengan kondisi harus melewati SD, perumahan kecil untuk bisa sampai di mushola kecil yang letaknya harus masuk gang dan beberapa pekarangan untuk sampainya. Anehnya adalah orang-orang di sekitar tidak tertarik istiqomah untuk mengajarkan anak-anaknya pada salah satu Kiyai ternama yang suka menjadi Imam di Mushola tersebut dengan alasan lama ngajinya, ga selesei-selesai, galak gurunya dan masih banyak alasan lainnya, tetapi orang tuaku berbeda, sekali saja tidak berangkat diomelinnya ratusan kali ma sya Allah itu saking sayangnya. Pernah suatu ketika karena aku merasa bahwa rasa malas dan mindernya sangat besar untuk berangkat mengaji dan aku beralasan ikut ekstrakurikuler Karate yang magrib baru pulang, aku bolos mengaji. Hampir sebulan kalo tidak salah. Ibuku geram, kesal pasti ada, dan beliau langsung menasehatiku agar aku bisa menyelesaikan bacaan Qur'annya sampai khatam di Kiyai tersebut. saat itu telingaku tiap harinya pasti berisikan omelan Ibuku agar aku berangkat mengaji. aku yang sudah terlanjur malu karena udah hampir sebulan tidak berangkat. Keukeuhnya seorang Ibu yang ingin sekali anaknya tuntas mengaji, beliau pergi ke rumah Kiyai tersebut untuk mengulang atau mengajarkan kembali aku mengaji walau aku hanya seorang diri.. huufft ada rasa patah semangat, kesal, malas, dannn beribu-ribu alasan dalam otak untuk tidak mau, tapi hati kecil berkata agar aku menuruti Ibu. Bayangkan saja jika kamu jadi aku. Sebelum magrib atau pas magrib kamu berangkat sendiri, melewati SD, melewati jalanan, melewati perumahan dengan jalan kaki dengan tiap jalannya kadang ketemu orang kadang dilanda sepi dengan sepoiny anginnya dan pulangnya kamu harus selalu waspada karena seorang perempuan sendiri dan harus memberanikan diri agar tidak takut dengan tetangga sebelah rumah, yakni kuburan. kayanya jarakmya cuma lima langkah deh, bayangkan apalagi kalo ada yang baru meninggal. jailnya orang-orang di desa aku adalah suka menakut-nakuti dan bertanya pada kami penghuni rumahh di sebelah kuburan "apakah tidak pernah menanggui kalo ada yang baru meninggal?" rasa deg dalam diri terus terbayang sampai malam sampe gabisa tidur, alhamdulillahnya tidurnya sama kakak  jadi merasa ada yang menamani wk, tapi yang namanya adek kalo sekamar dengan kakak itu harus siap segala hal, siap disuruh beres-beres, siap untuk ditendang-tendang kalo tidur, siap jatah wilayah tidurnya ga seluas kakak, siap diomelin kalo lagi diem tapi dirasa mengganggu.. pokonya harus siap dan sabar wkwk... tapi aku percaya itu semua karena beliau-beliau sayang. maaf ya kak hehe. dan alhamdulillahnya atas izin Allah tentunya aku bisa menyelesaikan mengaji dengan Kiyai tersebut, dan malunya itu kalo di desaku ada yang yang khatam ngaji pasti ada syukuran. malunya aku adalah lagi-lagi aku hanya seorang diri tapi orang tuaku karena ingin mengapresiasi diriku yang bertahan sendiri mengaji sampai selesai maka syukuran tetep diadakan dengan membuat tumpengan atau makanan yang dibagikan ke tetangga. tapi syaratnya aku harus baca beberapa ayat Qur'an sembari dipers]dengarkan Kiyai dan tetangga. Pengalaman paling malu salah satunya ya itu... tapi aku tau semua itu bentuk dasar kasih sayang orang tua. Itu salah satu pengalaman sendiriku yang melekat sampai saat ini. bahwa berjalan sendiri itu tidak enak sebenernya tetapi jika tidak ada jalan lain dan kita harus sendiri, jalani jangan dihindari karena yang namanya hidup bukan berarti melulu kita harus ditemani, ada kalanya orang seperjuangan dan temen dekat kita pergi tiba-tiba meninggalkan dan kita harus siap untuk menghadapi itu semua. aku saat ini ingin berterima kasih kepada Allah yang masih menjaga diri ini sampai detik ini, berterima kasih kepada orang tuaku yang tak pernah bosan mengingatkan dan memberikan kasih sayang sampai detik ini dan kepada teman-teman yang pernah kutemui dan kini kita sudah tak lagi sama tempat juangnya, terima kasih atas warna hidup yang pernah diberikan. mudah-mudahan kita semua bisa mengambil hikmah dalam setiap kejadian dan Allah kumpulkan kembali kita di syurganya. Aamiin