Kak,
seorang adik katanya akan sangat merindukan saudaranya kala jauh.
Dan yang dirindukan bukan hal yang indahnya tapi justru berantemnya. Bener ga?
Begitupun seorang kakak. Yang dirindukan kala jauh tiba adalah rasa kebersamaan saat berantem di rumah. Tapi saat dewasa datang yang dirindukan oleh sesama saudara adalah kebersamaanny saat kecil.
Aneh, tapi ya itulah kenyataannya. Salah satu yang kurasa.
saat ini, aku merasa rindu. Rindu suasana waktu aku kecil, yang selalu jadi anak bawang saat ikut kakak maen dengan teman temannya. Yang selalu menganggap aku hanya anak bawang dan anak bawang. Sampai aku bosan mendengarnya.
aku selalu dikecilkan, dikhawatirkan berlebihan, kurang didengar, sedari kecil
Aku ingin dikatakan sudah besar waktu itu agar aku tak selalu jadi anak bawang sama seperti kakak-kakakku, tapi kalo maen ada kakakku dan maen dengan teman kakakku tetap saja aku dijadikan anak bawang. Padahal aku sungguh tidak suka dibeda bedakan. Emang dasar anehnya aku.
Hingga suatu saat, aku merasa ada yang aneh hubunganku dengan kakak laki-lakiku.
aku punya kakak laki laki satu orang, tapi dia mulai menghilang saat aku kelas 3 SD. Tidak pernah ada di rumah. Pergi berbulan bulan.
Dan aku mulai rindu.
Awalnya karena dia adalah satu satunya kakak laki laki yang suka ngebercandain dan ngertiin. Jadi saat dia tidak ad, wajarkan aku rindu. Iya! mencari cari tapi tak pernah ada jawaban pasti waktu itu.
Hingga suatu ketika aku diajak pergi rombongan dengan keluarga besar menuju ke _pengalengan_. Masih teringat rasanya aku _shock_ dan kagetnya mengetahui bahwa kakaku menjadi seorang TNI AD.
Antara mau bangga tapi ga enak ditinggalin terus adeknya, dan juga sedih karena ga akan bisa kayak dulu lagi dekatnya.
Jadi, aku hanya mengikuti alurnya.
Yang dulunya dekat, kini kita berjarak.
Yang dulunya suka nyuruh² aku makan banyak, sekarang sekedar bertemu saja sangat jarang menanyakan kamu udah makan belum, mau makan² ga, blabla sepertinya ketidakmungkinanny besar.
Yang dulunya dekat, kini hanya untuk bertanya hallo apa kabar saja? Sangat jarang atau bahkan jika ada perlunya saja. Sedih banget kan?
aku merasa tak punya kakak laki laki semenjak saat itu. Itu pernyataan yang harus dihapus, tapi benar, bahwa aku seperti kurang kenal dengan kakaku sendiri. Parah banget kan, adek macem apa katanya. Yang aku tau sosok laki laki yang sebenar-benaranya adalah bapaku sendiri. Karena beliau yang menemaniku dari kala kecil sampai aku dewasa khususnya di rumah. Walau sebenarnya aku takut pada beliau karena ya beda y antara bapak dan kakak itu hehe
Bapak, kasih sayangnya yang tak terbilang dan tak ada batasnya, walaupun beliau juga otoriternya dan egonya yang ma sya Allah tapi kalo udah urusan tentang mau ngasih sesuatu ke anak itu tak pernah semena mena dan pasti akan ngasih yang berkualitas.
Sayangnya beliau tipe yang keukeuh, jadi kalo kita gaada yang mengalah kalo lagi memperdebatkan sesuatu ya terus weh sampe pada titik ada yang harus mengalah.
Tapi bapak itu keren, bisa mengajarkan banyak hal untuk dijadikan contoh.
Tiada kalahnya dengan yang lain.
Bapak itu segala bisa dan tidak pantang menyerah. Contohnya saja membenari apapun jika beliaunya moodnya baik dan sesang tidak lelah pasti terselesaikan dengan rapih.
itu bapak,
Kalo kakaku sama² pejuang juga sih, tapi kakaku itu kegaenakannya sangat tinggi, padahal ia laki-laki ya katanya tidak ingin merepotkan banyak orang.
Tapi aku bersyukur karena bisa merasakan kebersamaannya di waktu kecil walau hanya sebentar.
Kadang, aku insecure dengan cerita teman²ku yang punya kakak laki laki dan sayangnya sangat luar biasa, ketika lagi sakit kakak²nya suka nanya kabar terus, menanyakan mau makan apa dan sebagainya. Mau dijemput ga ketika pulang, mau beli apa, dll.
Bagiku, itu ilusi yang suatu saat nanti mungkin bisa saja terjadi. Tapi entah kapan.
Dulu pernah tapi itu hanya sepintas tidak menjadi rutinitas.
Ternyata, aku haus perhatian yang padahal di tempat kerjaku aku dituntut untuk perhatian dengan sekitar. Ya, menjadi tim pengasuhan yang tiap hari mengatur, mengontrol, dan membantu masalah anak², baik itu sakit atau masalah dengan teman²ny.
Ada suatu kisah yang membuatku sadar akan pentingnya sentuhan dalam pengasuhan.
Teringat dengan jelas memori di suatu malam ba'da magrib hari kamis, setelah aku dari Masjid, aku dengan senangnya membuat target ke kamar mau mengambil tempat makan dan mau mengambil makan di dapur karena perutku sudah keroncongan. Untuk mencapai kamar kontrakku, aku harus menaiki dulu beberapa tangga. Sesampainya di depan kamar, aku melihat santri perempuan sedang menunggu, katanya menungguku, ingin bertemu denganku. *deg! rasa senang yang beberapa menit lalu hilang seketika, rasa laparku aku singkirkan dan dalam benakku berkata "ini pasti ada apa²".
ku dekati ia sebagaimana mestinya seorang pengasuh. kutanya ada apa dan ia menjawab "Ibu, boleh aku peluk?"
aku pun menjawab iya.
Seketika ia menangis sangat terisak dan tersedu dalam pelukanku.
aku yang bingung harus bagaimana karena tidak punya pengalaman banyak dalam menangani masalah pertemanan, hanya bisa mengelus dan memintanya untuk terus berdzikir agar tenang.
Ada sekiatar 15 menit lebih santri tersebut memelukku.
aku merasakan detak jantungnya yang sedih, nafasnya terengah² karena terisak menangis.
Dari sana, aku belajar cara menenangkan orang dengan pelukan. A
aku jadi teringat perkataan seseorang tentang pengasuhan bahwa ada seseorang yang hanya untuk menenangkannya dari masalah itu dengan pelukan dan aku menemukannya pada santri tersebut.
Kepada diriku yang jelas² pengasuhannya tidak seperti itu.
Sangat bertolak belakang kan dengan kepribadianku.. tapi baiknya Allah itu membuatku jadi banyak belajar tentang kepekaan, perhatian, kepedulian, walau itu berbeda banyak derajat dengan kepribadianku.
aku ingin mengatakan terima kasih kepada kakakku yang selama ini sudah banyak mengajarkan arti kehidupan,
yang sudah banyak berkorban untuk adik-adiknya, yang sudah selalu membersamai dan menemani di kalah susah dan putus asa.
Dan terima kasih pada orang sekitar, yang membelajarkanku tentang kepekaan.
Mudah-mudahan kita bisa berkumpul kembali ya di syurga. Aamiin